Monday, December 29, 2008

1 Muharram 1430H

Malam bertabur mendung
Hujan rintik telah lama turun
Curahan air semakin melebat
Dingin sudah membaalkan saja

Bintang berkelit dari mata harap
Sinarnya hanya berkedip terhalang gelap
Cahya Bulan terus lah tatap asa
Akankah fajar muncul bersama cita?
Atau mentari mengkerutkan takut semakin menjadi

Aku bersujud ikhlas pada hijau rerumputan
Rona merah memang ada bernoktah
Moga tak melayukan sejuknya pepohonan kasih
Kilatan langit bukan untuk mencambuk
Dia lah petunjuk yang berselimut angkuh

Angkara telah membutakan makna
Pahit tak akan hilang dengan menyembunyikan lidah
Doa lah aku pada-Mu Sang Pengendali
Aku pasrah dengan Kehendak-Mu



Wednesday, November 5, 2008

Met Ulang Tahun, Nak

Met ulang tahun, nak
Moga jadi anak yang soleha dan pintar
Sayang mama papa dan adik

Met ulang tahun, nak
Papa ingat 10 tahun lalu,
saat kamu lahir.
Saat itu, negeri ini sedang krisis 98.
Maafkan kedua orangtuamu,
kalau tak mampu beli susu untukmu.

Met ulang tahun, nak
Saat ini, ibu pertiwi dirundung krisis 2008.
Maafkan kedua orangtuamu,
kalau nanti tak dapat beli buku untukmu.

Met ulang tahun, nak
Moga kamu dan anak negeri seusiamu,
pada saatnya nanti dapat membuat negeri
untaian jambrud ini menjadi kilau kemilau
aman, damai, sentosa, sejahtera
gemah ripah loh jinawi

5 November 2008
Doa Papamu,

Bagja
(dan semua papa di negeri ini)

Wednesday, October 15, 2008

Keterbukaan Yang Kebablasan

Awalnya cukup surprise menemukan nama anak saya di mesin pencari "paman google". Seminggu lalu memang sedang iseng searching, bertanya-tanya dalam hati, "ada nama anak saya ngak yah di internet?". "Apa namanya pasaran atau tidak?" Begitu pertanyaan dalam hati, yang mungkin saja salah satu dari narsis atau apalah.

Tak lama, terlihat hasil pencarian "paman google" yang memperlihatkan nama anak saya di salah satu site. Langsung saja saya berpikiran negatif, "lah kok bisa ada yang bernama sama?" Padahal waktu memberi nama, saya sudah yakin tidak bakalan ada.

Untuk memuaskan rasa penasaran itu, langsung saja saya klik hyperlink hasil pencarian di google tersebut. Terpampang informasi nama anak saya, nama sekolahnya, tingkat kelas, dan jenis kelamin. Dan semua informasi itu memang benar informasi tentang anak saya.

Rupanya saya diarahkan ke link http://nisn.jardiknas.org, website milik DEPDIKNAS yang mengurusi Nomor Induk Siswa Nasional. Di site tersebut kita selain mendapat informasi data siswa di seluruh Indonesia dari tingkat SD/MI sampai Perguruan Tinggi, juga bisa melihat informasi tentang sekolah di seluruh Indonesia. Baik sekolah swasta maupun negeri, di kabupaten sampai kotamadya di seluruh Indonesia.

Yang jadi kepikiran oleh saya, setelah rasa surprise hilang, adalah "informasi data siswa tersebut bisa disalahgunakan oleh orang-orang yang berniat buruk". Masalahnya saya sendiri bisa melihat data siswa semua anak-anak tersebut. Dimana sekolahnya, kelas berapa, serta alamat sekolahnya. Berarti semua orang pun akan bisa melihat informasi tentang anak saya juga.

Rupanya malah sebelum saya menemukan site depdiknas tersebut, menurut harian Tempo 15 Oktober 2008, lebih parah lagi. Site tersebut diawal publish di internet telah menginformasikan data siswa sampai dicantumkan alamat rumah dan nama orang tuanya.

Kerahasian informasi keluarga adalah hak privasi. Data-data anggota keluarga, tanggal lahir serta alamat adalah informasi sensitif. Apabila akan dipublikasikan, harus seizin kita. Selain itu, menjadi sangat mudah sekali jika dimanfaatkan oleh orang-orang yang berniat buruk.

Secara teori kriminalitas, atau kata "Bang Napi": "kejahatan terjadi kalau ada niat serta ada kesempatan". Informasi rahasia merupakan juga sebuah kesempatan atau peluang untuk melancarkan suatu niat kejahatan.

Memang ide site depdikbud ini cukup bagus. Dengan terdatanya siswa-siswa di seluruh Indonesia yang valid dan uptodate, saya yakin bisa meminimalisir munculnya kasus-kasus pemalsuan ijazah palsu atau siswa "bodong". Masyarakat menjadi ikut pula mengawasi kebenaran dari data-data siswa.

Kasus-kasus penyalahgunaan data fiktif oleh pihak yang mengambil keuntungan untuk mendapatkan dana juga dapat diawasi oleh masyarakat dengan adanya site DEPDIKBUD ini. Sehingga pihak pemerintah mendapat data riil tentang jumlah siswa suatu sekolah yang telah terverifikasi oleh pihak sekolah serta oleh masyarakat.

Dengan adanya site ini pun dapat diketahui jumlah keseluruhan siswa yang ada di Indonesia secara valid. Sehingga data tersebut dapat dijadikan tolak ukur untuk menganalisa dalam berbagai kebutuhan statistik suatu penelitian yang membutuhkannya.

Ya, disini saya setuju sekali adanya site http://nisn.jardiknas.org. Namun saya tidak setuju kalau informasi detil tentang anak saya dipublikasikan.

Bisa saja untuk menjaga kerahasiaan informasi, maka hanya orang tua murid siswa itu langsung saja yang bisa melihat detil informasi tentang anaknya. Berikan user dan password bagi para orang tua murid lewat jaringan sekolah-sekolah yang ada untuk mengakses ke site ini dan melihat detil informasi tentang anaknya sendiri. Sehingga pula, apabila ada kesalahan data informasi tentang anaknya dapat langsung dikoreksi oleh orang tuanya serta diverifikasi oleh pihak sekolah.

Jika ada pandangan bahwa tidak semua orangtua murid di seluruh Indonesia "melek" internet, jawabannya kenapa tidak diberikan wewenang ke pihak sekolahnya saja yang mengkoreksi. Karena, menurut Koran Tempo, data-data siswa yang diinput di site ini diperoleh dari pihak sekolah.

Yang saya bahas diatas baru dari sisi perolehan data informasi dan masalah kerahasian informasi saja. Belum dari sisi masalah kelemahan teknologi yang digunakan untuk mempublikasikannya di Internet. Apakah sudah dijamin aman dari masalah vulnerable server-server yang menyimpan data-data sensitif tersebut? Apakah ada kemungkinan bisa diakses dan diubah data-data tersebut oleh hacker-hacker di Internet? Itu semua adalah hal-hal yang wajib diperhatikan bagi kita di dunia Internet, sebuah dunia yang "borderless" dan memang sebuah dunia yang maya.

Salam,
Bagja

Monday, October 6, 2008

What Kinda Animal Bailout Is? (oleh: Kodrat Wibowo)

Bailout itu apa sih Kak?[1]

Bailout dalam istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor yang akan memintaperan kendali pada entitas tersebut sebagai timbal balik untuk dana yang disuntikkan.

Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup, akan disuntikan dana oleh pemerintah atau konsorsium investor untuk “tide it over” hingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan

Bailout untuk perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah memanglah kontroversial karena suatu kebangkrutan adalah fenomena yang notabene disebabkan oleh kegagalan bisnis akibat tidak terpenuhi keinginan konsumen dalam mekanisme pasar, karenanya bailout adalah suatu campur tangan pemerintah kedalam mekanisme pasar yang melampaui keinginan konsumen di pasar.– tidak heran usulan Bill Bailout pada sektor pasar modal Amerika Serikat sebesar 700 milyar USD, sebelum disetujui oleh House of Representative sempat ditolak oleh Senat (DPD-nya USA) - Terlebih lagi bila mengingat dana yang digunakan dalam bailout ini dipastikan berasal dari dana pemerintah APBN/APBD yang notabene berasal dari para pembayar pajak yang mengharapkan asas korespondensi tercipta lebih baik dalam hal penerimaan dan alokasi pengeluaran hasil pajak.

Bailout dari pihak pemerintah untuk sebuah entitas usaha/sektor biasanya dilakukan ketika entitas usaha/sektor tersebut dipertimbangkan sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak “too big to fail” – dijustifikasi oleh argumen bahwa kegagalan pada beberapa perusahaan akan menimbulkan kemandekan perekonomian yang harus dihindari dan diselesaikan segera dalam jangka pendek.

04/10/08 Semoga Bermanfaat..

Tanggapan: LASKAR PELANGI, SEBUAH WACANA MATINYA PENDIDIKAN (Oleh: Lawang Bagja)

Tanggapan:
Membaca esai saudara Pry terasa gurih!. Mencermati sisi gelap dunia pendidikan kita yang sudah teracuni oleh materialisme yang salah satu produknya yaitu serba instant dan siap saji! percis seperti junkfood yang digandrungi masyarakat kita. Saya sendiri termasuk kecewa dengan sistem yang sudah terlanjur seperti benang kusut. Namun tak ada waktu lagi untuk meratapi tragedi yang sudah berkarat dalam kehidupan kita.
Program link and match yang dikritisi oleh saudara Pry dipandang sebagai lonceng kematian dunia pendidikan kita Ini justru menjadi sebuah paradoks saat dunia industri membutuhkan angkatan tenaga kerja yang terampil. Dimana dunia pendidikanlah yang harus bertanggungjawab mempersiapkan itu semua. Sementara di lapangan sering ditemukan ketidaksesuaian antara latar belakang pendidikan dan kerja yang dilakoni, belum lagi kegagapan para fresh graduate saat berhadapan dengan dunia kerja. Persoalan lainnya muncul saat dunia pendidikan terasa amat mahal dan sangat tidak adil pada mereka yang miskin. Ditambah lagi saat beban hidup semakin terasa berat dan pendidikan adalah lobang jarum yang bisa menyelamatkan keluar dari problema kehidupan yang ada. Maka munculah produk link and match itu tadi. Agar para orangtua yang sudah pusing dengan beban biaya hidup bisa tertolong oleh putra dan putrinya yang mengikuti jalur ini. Paling tidak kemudahan bekerja bisa diraih agar persoalan hidup satu persatu bisa diatasi.
Saya sangat setuju biang pangkal 'kerusakan ini' semua adalah materialisme yang merasuki sendi-sendi kehidupan kita. Jika Saudara Pry menangkap drama matinya pendidikan dengan membaca karya Andrea, saya pribadi justru merasakannya tanpa mampu mengungkapkan seperti apa yang Andrea utarakan. Saya yakin di belakang Andrea ada berjuta anak manusia yang merasakan ketidakadilan yang sama. Lidah kami sudah kelu. Jari-jari kami tidak terampil mengurai perih kehidupan menjadi sebuah cerita best seller. Ingatan kami sudah bertumpuk oleh problematika yang datang tiap hari. Kami menderita amnesia akut! lupa jika kehidupan kami lebih asin dari garam dan lebih pahit dari biji mahoni!.
Bisa dibayangkan oleh saudara Pry, manusia-manusia yang merasakan ketidakadilan ini akhirnya memendam dendam. Mereka terseok mengarungi pendidikan karena dunia pendidikan sedari dulu memang angkuh dan terkesan tidak peduli dengan kesulitan yang mereka hadapi. Manusia dididik agar ia mampu mengatasi persoalan yang ada. Manusia pintar memang banyak, kemudian apakah negara membutuhkannya?. Semakin banyak yang pintar bukankah kebijakan akan banyak dikritisi?.
Soal esai ini, pertanyaan saya adalah seperti apa sebenarnya hubungan ideal yang harus dibangun antara dunia pendidikan dan dunia nyata (industri)?. Apakah dunia pendidikan kita selama ini sudah konsisten menerapkan 3 value (objektif, ilmiah, kebijaksanaan) pada anak didiknya? Saya tidak tahu dari kapan kita harus mengukurnya? sejak Indonesia merdeka? sepengetahuan saya, negara yang sedang carut marut saat ini hasil karya dunia pendidikan saat itu. Soal Andrea, karyanya memang menghibur bagi kami. Paling tidak, ada teman senasib.
Mungkin saudara Pry bisa menambahkan pembanding kapan dunia pendidikan kita berhasil dan konsisten dengan 3 value tadi. Sekedar berbagi, dulu saya terseok kuliah di AKA Bogor. Setiap praktikum dan di materi kuliah yang dibicarakan hanya bagaimana nanti kita bekerja pada juragan pemilik pabrik. Hampir semua pengajar tak henti mencekoki doktrin 'buruh'. Maka jadilah saya seorang buruh! Semua benar-benar terjangkar dalm alam pikiran saya yang menyempit. Bukan berkarya dengan pengetahuan yang ada justru lebih merasa bahagia saat hanya menjadi buruh bulanan.
Howgh!
salam kenal dari buruhmigrant

LASKAR PELANGI, SEBUAH WACANA MATINYA PENDIDIKAN

LASKARPELANGI, SEBUAH WACANA MATINYA PENDIDIKAN

Oleh Pry S.

Mendengar frase `Laskar Pelangi', benak kita tentu akan tertuju pada novel tetralogi karangan Andrea Hirata yang rilis tiga tahun lalu. Cukup tiga tahun saja memang, waktu yang dibutuhkan baginya untuk menjadi best seller di mana-mana, dan untuk dijadikan film oleh sutradara ternama yang kini tengah gencar diputar di berbagai bioskop tanah air.

Cukup tiga tahun saja untuk Andrea Hirata merangkak dari seseorang yang tak dikenal di ranah kesusastraan Indonesia,menjadi penulis muda yang kini jadi perbincangan di mana-mana. Cukup tiga tahun pula baginya untuk menjungkirbalikkan paradigma `pasar sastra' dalam negeri dari pandangan sempit bahwa hanya `sastra ringan ala teenlit' dan `sastra kelamin' yang laku di pasar sastra saat ini.

Suksesnya Laskar Pelangi yang mengangkat kehidupan kaum pinggiran nan miskin dan terlupakan di Pulau Belitong (sekarang Provinsi Bangka Belitung) menjadikan tokoh Ikal, Lintang, Mahar dkk sebagai pahlawan-pahlawan baru menggantikan tokoh `si Cowok Idaman' dalam kebanyakan karya teenlit atau tokoh `Nayla si Trauma Seks'dalam kebanyakan sastra kelamin saat ini. Maka tak heran, bila sejumlah kritikus sastra memandang Laskar Pelangi sebagai fenomena baru, baik di ranah kesusastraan maupun perfilman nasional.

Tapi kawan-kawan pembaca yang budiman, kali ini saya memang tidak hendak mengulang-ulang lagi fakta kesuksesan Laskar Pelangiataupun fakta-fakta lain yang telah kita ketahui bersama seperti di atas tadi. Lewat esai ini, saya lebih tertarik untuk menafsirkan muatan wacana penting nan ironis yang terdapat dalam episode pertama teralogi Laskar Pelangi, yakni mengenai SD Muhammadiyah yang kere, hampir roboh, dan terancam ditutup bila jumlah muridnya kurang dari 10 orang.

Dalam latar kisah sekolah rekaan Andreainilah saya menemukan representasi mengkhawatirkan tentang praktik pendidikan formal di Indonesia yang –menurut hemat saya– kini tengah menuju pada `kematiannya'.

PendidikanYang Mana

Sejatinya, pendidikan formal bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan (emansipatoris). Dengan menguasai ilmu pengetahuan secara sistematis, rasional dan bersifat ilmiah, manusia dituntut untuk meninggalkan segala sumber pengetahuan manusia di masa lalu seperti mitos dan tradisi yang tidak rasional dan takhayul.

Maka dengan segala intelektualitas dan pengetahuannya itu, seorang manusia terdidik diharapkan mampu mendapatkan pengetahuan yang lebih baik tentang dunia dan mencapai kehidupan yang lebih baik baginya di masa depan. Hal inilah yang direpresentasikan Andrea dalam Laskar Pelangi lewat tuturan tokoh orangtua Lintang pada kalimat berikut:

"Ayahnya . . . menganggap keputusan menyekolahkan Lintang adalah keputusan yang tepat . . . ia berharap Lintang dapat mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan yang telah lama mengikat mereka hingga sulit bernapas."(Laskar Pelangi, halaman 95)

Maksud kalimat ini tentu sangat jelas. Tokoh ayah dan ibu Lintang percaya bahwa dengan menyekolahkan anaknya tersebut, Lintang akan membawa nasib keluarganya menjadi lebih baik di masa depan. Semangat Lintang bersekolah juga digambarkan dengan menempuh perjalanan sejauh empat puluh kilometer dari rumahnya di Tanjong Kelumpang menuju sekolah menggunakan sepeda sejak subuh hari.

Tempat Lintang dan kawan-kawannya bersekolah pun direpresentasikan dengan ideal oleh Andrea. Di sekolah yang mirip `gudang kopra' itu, pendidikan yang diajarkan SD Muhammadiyah tidak semata berdasarkan standar kurikulum nasional, tetapi juga pendidikan moral, budi pekerti dan agama.

Simak kutipan berikutyang merupakan komentar tokoh Ikal mengenai Bu Mus:

`Beliau sendiri yang menyusun silabus pelajaran Budi Pekerti dan mengajarkan kepada kami sejak dini pandangan-pandangan dasar moral, demokrasi, hukum, keadilan, dan hak-hak asasi . . . Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar berperilaku baik karena kesadaran pribadi. Materi pelajaran Budi Pekerti yang hanya diajarkan di sekolah Muhammadiyah sama sekali tidak seperti kode perilaku formal yang ada dalam konteks legalitas institusional seperti sapta prasetya atau pedoman-pedoman pengamalan lainnya.'(LP, hal 30-31)

Dari kutipan di atas kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa memang kualitas seseorang yang berpendidikan tidak hanya diukur dengan nilai ujian dan angka di rapornya. Pendidikan yang baik mestilah menyeimbangkan pelajaran ilmu pasti dengan tuntunan agama, perilaku moral dan budi pekerti. Dan pendidikan model begini tentu akan mencetak manusia-manusia yang tak hanya encer otaknya, tapi juga memiliki mentalitas yang baik di kepribadiannya.

Kawan-kawan pembaca tentu akan setuju dengan saya bahwa memang begitulah seharusnya pendidikan formal dipraktikkan. Dan Andrea, lewat fiksinya tengah mengimajinasikan sebuah sekolah dengan konsep pendidikan ideal yang sejalan dengan semangat emansipatoris tadi.

Andrea Hirata dan Masalah Pendidikan

Adalah Iwan Simatupang, seorang tokoh sastra angkatan 70 yang menghabiskan hari-hari terakhirnya di kota Bogor, mengatakan demikian: `Pengarang adalah produk kultural tanah airnya. Setiap karyanya, perbuatannya, pemikirannya, secara inhaerent memantulkan kembali pertautan dirinya dengan tanah air' (2004:337)

Dalam kata lain, kehidupan seorang pengarang akan selalu dipengaruhi lingkungan sosial-budaya dan bangsa dimana ia hidup. Sehingga apapun persoalan yang tertuang dalam karyanya kelak, seringkali merupakan hasil refleksi pengetahuan dan pengalaman hidupnya atas lingkungannya.

Maka di sinilah saya hendak menempatkan Andrea sebagai seorang pengarang yang tentu tak lepas dari pengaruh lingkungannya. Khususnya mengenai cara pandang Andrea terhadap permasalahan pendidikan di Indonesia, yang kemudian direpresentasikannya dalam bentuk fiksi lewat Laskar Pelangi.

Di banyak referensi, kita akan menemui keterangan bahwa Andrea memiliki minat terhadap sains dan dunia pendidikan. Alih-alih sebagai novelis, ia mengaku lebih suka mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi. Maka tak heran bila dalam Laskar Pelangi terdapat banyak kalimat dengan `bumbu-bumbu' ilmiah yang dipadukannya dengan kisah-kisah sederhana nan memikat.

Menyimak halaman persembahan dalam buku Laskar Pelangi yang ditujukannya untuk dua orang guru masa kecilnya (Muslimah Hafsari dan Harfan Effeny Noor), tampak bahwa dua orang ini tak sekedar tokoh fiksi Laskar Pelangi dalam imajinasi Andrea, tapi juga ada dalam pengetahuan dan pengalaman hidup Andrea sebagai pengarang.

Maka bisa ditafsirkan pula bahwa Andrea merupakan anak ideologis hasil pendidikan ideal ala SD Muhammadiyah di Belitong. Tak keliru bila kita paham bahwa pendidikan ideal tersebut memang benar-benar ada di kehidupan nyata, khususnya kehidupan yang dialami Andrea.

Berangkat dari sinilah, saya menemukan fakta mengkhawatirkan tentang wajah pendidikan formal bangsa kita dewasa ini yang kian jauh dari representasi Andrea tentang pendidikan ideal. Alih-alih menjalankan fungsi emansipatorisnya, wajah pendidikan formal yang dipraktikkan bangsa ini adalah wajah yang bertopeng dalam kepura-puraan dan sangat menakutkan.

Matinya Pendidikan Kita

Sebelum kita melanjutkan bahasan berikut, perlu dipahami kawan-kawan pembaca bahwa kata 'mati' yang saya gunakan di sini bukanlah kematian secara fisik, namun ia merupakan metafora yang saya gunakan untuk melukiskan kecenderungan di mana fungsi emansipatoris dalam pendidikan kian menjadi tumpul.

Ketumpulan ini bisa kita lihat dari kecenderungan institusi/ penyelenggara pendidikan di Indonesia kini tengah gencar memproduksi lulusan yang link and match dengan pasar dunia kerja. Sehingga dalam jenjang waktu pendidikan yang singkat, diharapkan para lulusannya bisa memiliki skill praktis dan dengan mudah diserap pasar tenaga kerja.

Jutaan pelajar lulusan sekolah menengah juga kini tengah mengimpi-impikan dapat di fakultas favorit, jenjang kuliah yang singkat,dan setelah lulus mudah mendapatkan pekerjaan. Langkah ini sekilas memang terlihat strategis, mengingat Indonesia hari ini masih dibebani dengan persoalan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

Namun saya sebut ini sebagai ketumpulan fungsi emansipatoris pendidikan yang kelak akan berujung pada matinya pendidikan, sebab ia membuat kita lupa bahwa sekolah dibangun untuk menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan bukan sekedar untuk mempermudah manusia mendapatkan gelar, pekerjaan, jabatan di perusahaan atau pun bergaji besar. Maka tak heran pula bahwa biaya yang dibutuhkan seseorang untuk mengenyam pendidikan, tak bisa dibilang murah.

Kini kian jelas bahwa, pendidikan emansipatoris yang tadinya bertujuan membawa manusia keluar dari kungkungan kebodohan dan mencapai budi pekerti yang baik,kini mulai berbelok ke arah yang pragmatis nan materialistis.

Praktik inilah yang telah lama menyusup ke dalam ruang-ruang kelas kita, catatan-catatan pelajaran kita, buku-buku praktikum yang wajib kita baca, hingga menjangkit ke pola pikir kita yang memandangfungsi kegiatan pendidikan bukan lagi sebagai tindakan yang emansipatoris, tetapi terkapitalisasi untuk sekedar mencari duit dan menjadi robot-robot pekerja yang baik.

Sekali lagi saya tekankan betapa konsep pendidikan yang link and match seperti ini sebagai indikasi matinya pendidikan, sebab lahan kerja yang kelak menyerap tenaga kerja berpendidikan bertujuan pada orientasi bisnis perusahaan (baca: kapitalis) semata, dan bukan berorientasi pada perbaikan struktur dan kultural masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, pendidikan link and match model begini, menurut hemat penulis akan semakin menghambat mental kepeloporan, kepemimpinan, kemanusiaan, spiritualitas, dan mentalitas-mentalitas generasi muda Indonesia masa depan.

Pendidikan yang seharusnya dibangun berlandaskan nilai-nilai objektivitas, keilmiahan (scientific), dan kebijaksanaan (virtue) sebagai nilai dasar dalam ilmu pengetahuan, kini dimuati oleh nilai-nilai komersial sebagai ajang pencarian keuntungan (profit) semata. Inilah wajah pendidikan kita yang lebih tunduk pada kekuasaan kapital daripada kebenaran ilmiah dan moral kebangsaan.

Penutup

Apa yang terungkap pada uraian di atas memang terasa ganjil, problematis dan ironis bagi kelangsungan generasi muda intelektual kita saat ini yang membutuhkan kejujuran dunia ilmu pengetahuan. Betapa tidak, kita semua –mau tak mau– adalah bagian dari anak-anak peradaban yang terlanjur lahir dalam sebuah pendangkalan, pemassalan dan komersialisme sebagai praktik pendidikan mutakhir bangsa ini.

Drama matinya pendidikan inilah yang saya tangkap dari pengalaman saya ketika membaca Laskar Pelangi. Sungguh-sungguh sebuah drama yang ditutup dengan ironi ketika tokoh Ikal bertemu dengan Lintang pada dua belas tahun kemudian. Lintang dengan kecerdasan mengagumkan seorang anak pesisir miskin, mesti mengujungkan nasibnya sebagai supir truk pasir di Belitong.

Walhasil, membaca Laskar Pelangi juga membawa saya hanyut dalam perasaan yang sama seperti yang tokoh Ikal ucapkan di penghujung novel ini:

`Dan kata-kata itu semakin menghancurkan hatiku, maka sekarang aku marah, aku kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Aku mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.' (LP,hal 472)

Maka sebagai penutup, dengan ditulisnya esai ini saya memang tidak sedang mengajukan pemikiran jitu nan tokcer demi mengatasi permasalahan pendidikan tersebut. Esai ini lebih berniat menjadi apresiasi bagi Andrea dan para sastrawan lainnya yang tak hanya lihat dalam berkata-kata, tapi juga peka dengan permasalahan dan kondisi zamannya.

Mungkin juga ini saatnya kita meninggalkan gaya menulis kita yang melulu berkisah tentang pencarian diri, cinta picisan, ataupun seks. Mari menulis seperti Andrea yang menulis novel tak hanya untuk diri sendiri dan sekedar meraih keuntungan materi, namun juga berkarya untuk membangkitkan kesadaran pembacanya akan perkembangan pendidikan di Indonesia.

Matinya pendidikan di Indonesia mungkin baru kita rasakan sebagian kecil saja, tapi jelas bahwa ia patut untuk diwacanakan secara luas. Kecuali pada suatu nanti di masa depan, siap-siap saja kita dengar lonceng kematian ilmu pengetahuan dan praktik pendidikan berkumandang; lonceng kematian yang dikumandangkan sebagai tanda kemenangan pasar atas wafatnya rasionalitas intelektual bangsa ini.

*) Esai `LaskarPelangi, Sebuah Wacana Matinya Pendidikan' disusun oleh Pry S., anggota milis KMB, http://prys3107.blogspot.com/ Esai ini secara khusus dipersembahkan untuk kawan Fienna yang hendak melanjutkan pendidikannya di negeri seberang tahun ini. Terus berjuang dan menulis, kawan! Semoga suatu hari nanti kau pun akan menulis dengan cara yang sama seperti Andrea.

Undangan Bikin Karya Bareng KMB

Komunitas Menulis Bogor mengundang kawan-kawan untuk mengirimkan karya cerpen & puisi
yang nantinya akan diterbitkan sbg buku kumpulan cerpen KMB.

kirim karya kamu dengan syarat sbg berikut:

1) tema bebas dan tidak dibatasi, diutamakan yang mengulas kota bogor
2) karya ditik dalam format ms word, font 12 times new roman, spasi 2, maks 5 hal kwarto
3) karya harus asli karangan sendiri, bukan saduran/ terjemahan/ plagiat
4) karya belum pernah dipublikasikan
5) sertakan biodata singkat penulis dan no telp yang bisa dihubungi
6) batas penerimaan karya pada 15 Nov 2008

segera kirim karya kamu ke sini:
* via e-mail ke kirimcerpen_kmb@yahoo.com atau ruang_melati@yahoo.com (sebagai attachment)
* antar langsung ke toko buku alternatif Jendela di Jl. Cikabuyutan No 6 Baranangsiang Bogor
(samping Botani Square)

undangan ini terbuka untuk umum dan anggota kmb
info lebih lanjut akan diberitahukan secara berkala di milis kmb

cp:
Toko Buku Jendela (0251-8379439)
Ananda (081380488110)
Indri (08562123985)
Pry (0251-9396147)

Wednesday, October 1, 2008

Bersih

Bersihkan pasir-pasir hitam ku
pada pantai putih mu
dengan gelombang dan ombak
samudera maaf mu

Kikisannya biar terlarut dalam biru lautan
dan tenangnya kedalaman palung hati

Prasangka bak semilir angin pada juntaian layar
pembuat karam kapal harapan dan persahabatan

Bersihkanlah ... hapuslah

Salam,
Bagja

"Minal Aidzin Wal Faidzin"
"Taqoballohu Minni wa Minkum"
"Selamat Iedul Fitri 1429H, Semoga kita bisa kembali bersih"
Aminnnn...Ya Allah

Goes Cucurak Kuliner Bogor

Ada satu tradisi di Bogor yang menandakan kehadiran Ramadhan sudah dekat, yakni cucurak. Tradisi ini biasanya diadakan oleh keluarga muslim untuk menyambut tibanya bulan puasa. Dengan mengundang saudara-saudara di keluarganya, mereka makan-makan bersama. Terkadang juga sengaja masak-masak di taman dan bersantap beralaskan tikar di halaman.

Dengan niat cucurak menyambut bulan Ramadhan, pada Sabtu 30 Agustus 2008 kami berputar-putar gowes sepeda di Kota Bogor. Ada Kang Haris, Kang Dhanis, Kang Rusman, serta Bang Nando dari Jakarta ikut pula gowes santai kali ini. Kami berkesempatan mencicipi beberapa kuliner khas Bogor sambil menikmati suasana Kota Bogor menjelang bulan suci.

Dalam seharian itu tidak sempat semua pusat kuliner kami kunjungi. Maklum saja, Bogor sebagai salah satu pusat kuliner mempunyai banyak sekali sentra-sentra makanan khas yang sudah dikenal secara nasional dan bahkan mungkin dunia. Hanya tiga lokasi saja yang sempat kami kunjungi, yakni: Taman Kencana, Jalan Suryakencana/Siliwangi, dan Daerah Empang. Secara kebetulan juga, kami mendapati jajanan langka dan unik yang tentu saja khas Bogor yaitu: Cungkring (Kupat Ajib) dan Aci Gulung (Cilung). Namun secara jelajah gowes cukup luas, yakni: Taman Kencana, Sempur, Jalan Ir.H Djuanda, Jalan Suryakencana, Jalan Siliwangi, Tajur, Bendungan Katulampa, Ciawi, Rancamaya, Cipaku, Batutulis, dan terakhir di Empang. Silahkan dilihat dan dinikmati ceritanya di bawah ini:

1. Taman Kencana
Photobucket
Suasana Taman Kencana di pagi hari (Foto oleh Bagja)

Taman Kencana sudah ada sejak jaman Belanda, saat cikal bakal Kampus IPB dibuat. Dulu masih sebagai salah satu fakultas dari Universitiet Indonesia, yakni Fakultas Kedokteran Hewan. Seorang penyair besar kita, yang juga dokter hewan lulusan fakultas ini, yakni Taufik Ismail, pasti dulu saat masa-masa kuliah sering melewati daerah ini.

Di taman yang tidak terlalu besar ini, saat ini banyak tenda-tenda penjual makanan. Bahkan di sekitar jalannya bermunculan cafe-cafe terkenal, seperti Macaroni Panggang, Warung Taman, Apple Pie. Ada pula es buah Pak Ewok yang nikmat sekali di sekitar sini. Rumah Coklat pun berada tak jauh dari sini. Ada satu cafe yang belum lama buka, yakni The Colonial pun hanya terletak beberapa meter saja dari sini.

Puncak keramaian, biasanya pagi hari di hari Sabtu dan Minggu. Banyak warga Bogor dan sekitarnya, setelah berolah raga jalan sehat mampir dan kongkow-kongkow di taman ini. Saat malam minggu atau malam libur pun tempat ini banyak dijadikan tempat berkumpul komunitas-komunitas yang bertemu untuk sekedar melepas kangen dan membahas sekitar kegiatan mereka.

Dulu, sekitar tahun 80an sampai 90an Taman Kencana masih sering terkenal sebagai daerah "remang-remang", karena di malam hari banyak wanita nakal dan oom-oom iseng bertransaksi disini. Namun sekarang sudah tidak terdengar dan terlihat lagi semenjak sering ada razia.

2. Jalan Suryakencana / Siliwangi
Photobucket
Deretan gerobak penjual makanan (Foto oleh Bagja)

Awalnya Jalan Suryakencana bernama Handelsstraat, yang berarti jalan perniagaan. Memang sejak jaman pemerintahan Belanda, daerah ini difokuskan sebagai daerah perdagangan. Selain itu, daerah ramai dan padat ini memang sudah dikotak-kotakkan oleh penjajah khusus sebagai daerah komunitas cina saja. Belanda sangat kuatir akan interaksi dan pembauran dengan pribumi akan menimbulkan pemberontakan. Juga, daerah ini sebagai "sapi perah" buat income membiayai mesin perang mereka.

Daerah pecinan lama ini sangat ramai di sepanjang waktu. Dengan disaksikan tinggal sedikit saja bangunan khas arsitektur cina di kiri kanan jalannya, Jalan Suryakencana dibebani ribuan angkot dan kendaraan bermotor serta pejalan kaki dari pagi hingga petang hari, bahkan ditambah lagi di malam hari hingga subuh oleh pedagang sayur yang memenuhi sampai ke tengah jalannya yang sempit.

Photobucket
Soto Kuning Khas Bogor (Foto oleh Bagja)

Ada banyak sekali pedagang makanan yang khas Bogor di sepanjang jalan ini. Dari yang dipikul, pakai gerobak, sampai bangunan permanen. Dari makanan ringan sampai makanan berat. Dari yang halal bagi muslim sampai yang haram, ini memang karena daerah ini banyak bermukim orang cina yang non muslim.

Soto Kuning adalah salah satu kuliner khas Bogor yang sudah sejak lama ada di Jalan Suryakencana. Sama dengan soto-soto lainnya, yang kebanyakan berisi irisan daging sapi dan jeroan, Soto Kuning juga demikian. Yang membedakan warna dan rasanya. Warna kuning berasal dari kunyit yang dominan sebagai bumbunya.

Jejeran warung makanan lainnya di pinggir Jalan Suryakencana yang masih dapat dinikmati adalah: Nasi Goreng Goan Tjo dan Ngo Hiang Khas Bogor. Namun untuk kehalalannya perlu ditanyakan kembali.

Photobucket
Penjual Es Pala (Foto oleh Bagja)

Sedangkan makanan jajanan pasar, ada juga sekitar jalan ini yang khas, yakni combro dan pisang goreng yang khas. Tak ketinggalan ada Cakue, makanan dari terigu yang digoreng panjang-panjang dan perlu dicelup sambal encer sebagai penambah nikmat.

Sebagai pelepas dahaga, sejak lama Es Pala yang dijual di daerah sini sungguh nikmat sekali. Irisan buah pala yang sudah dikupas dan dibuang bijinya, diberi segelas air gula dan batu es. Sangat segar saat diminum di siang hari yang panas terik. Selain itu tersedia juga es mangga dan es sirsak yang tidak jauh beda disajikan dengan gelas plastik serta berharga sama yakni Rp 4000,- segelas. Tak tertinggal ada es cincau atau tahulu (bhs sunda) yang dibuat dari endapan daun cincau sampai berupa agar-agar serta diberi air gula dan serutan batu es.

Photobucket
Asinan Gedung Dalam (Foto oleh Bagja)

Di ujung Jalan Suryakencana berbatasan dengan Jalan Siliwangi ada asinan khas Bogor yang terkenal dan ramai didatangi oleh peminatnya dari mana-mana. Nama tokonya yakni Asinan Gedung Dalam. Di hari libur, asinan yang berisi buah-buahan dan sayuran antrian pembelinya disana sampai membeludag keluar toko.

Sebelum pindah ke dekat Mall Ekalokasari saat ini, ada roti unyil khas Bogor yang bertempat dulu di persis sebelah Asinan Gedung Dalam. Roti yang bermacam-macam isinya ini sama saja dengan roti isi lainnya, hanya dari ukuran saja yang membedakan. Ukuran Roti Unyi khas Bogor kecil-kecil, sebesar kotak korek api kayu. Namun rasanya nikmat dan sudah terkenal seantero.

Photobucket
Penjual Es Cincau (Foto oleh Bagja)

3. Jajanan Unik dan Langka
Photobucket
Abah Satibi: Penjual Kupat Ajib alias Cungkring (Foto oleh Bagja)

Pernah menikmati kenyal-kenyal nikmat makanan khas dari olahan hidung sapi atau kikil dari kulit sapi? Di Jawa Timur terkenal ada makanan yang berisi daging dari bagian hidung sapi, yakni Cingur. Bogor ternyata punya pula makanan khas dan sudah terbilang langka yang berisi daging hidung sapi atau kulit sapi, yakni bernama Cungkring.

Nama Cungkring sendiri lebih terkenal untuk sate kulit sapi dengan bumbu kuning kunyit. Namun, ternyata ada juga makanan khas Bogor bernama Cungkring yang tetap berisi sate kulit sapi atau daging hidung sapi dengan ditambah lontong atau kupat serta berbumbu kacang.

Bumbu kacang yang disiram diatas sate kulit atau daging hidung sapi dan lontong rasanya seperti bumbu doclang atau bumbu somay yang lebih encer, serta disajikan dalam sepincuk daun pisang. Saat ini lebih dikenal dengan nama Kupat Ajib.

Penamaan Kupat Ajib bisa jadi "strategi pasar" untuk membedakan dengan nama makanan Cungkring lainnya. Menurut pengakuan salah satu penjual keliling Cungkring atau Kupat Ajib bernama M.Satibi, nama Kupat Ajib adalah berasal darinya.

Abah Satibi, berusia sekitar 70 tahun, sudah berdagang Cungkring sejak tahun 60an. Dulu, Bung Karno sering menikmati makanan khas Bogor dagangannya ini. Dia pernah pula lama mangkal di sekitar stasiun kereta Bogor.

Kalau sekarang, jika ingin menikmati makanan langka ini silahkan datang di Gang Balai Desa, Tajur. Abah Satibi sering mangkal di depan sekolah dasar di Gang Balai Desa itu. Dengan hanya mengeluarkan kocek sangat murah sekali untuk satu pincuk, kita sudah dapat menikmati makanan unik dan langka. Mudah-mudahan Abah Satibi, atau sering dipanggil Abah Kupat, sudah menyiapkan penerusnya untuk menjaga agar makanan ini tetap eksis di Bogor.

4. Empang
Photobucket
Sate Rebing di Empang (Foto oleh Bagja)

Banyak yang belum mengetahui bahwa Empang adalah Ibu Kota Bogor yang pertama. Daerah Empang dulunya bernama Kampung Suka Hati. Perubahan nama dari Suka Hati menjadi Empang erat kaitannya dengan adanya rumah bupati Natanagara yang memiliki empang dan strategis di perpotongan sungai Cipakancilan dan Cisadane serta berlatar keindahan Gunung Salak.

Bupati Natanagara, pada tahun 1754 meminta izin kepada Gubernur Jendral Jacob Mossel untuk menempati daerah Suka Hati yang indah dan mulai membangun rumah serta empang di sana. Kalau dilihat dari atas, sekarang posisi di Mall BTM, alun-alun Empang persis adalah tempat kolam atau empang yang dibangun oleh Natanagara. Sehingga mulai tahun 1815, secara resmi nama Empang dipakai menggantikan nama Suka Hati.

Perkembangan kebijakan Belanda selanjutnya untuk meminimalisir pengaruh etnis asing bagi pembaharuan pribumi adalah mengkotak-kotakan daerah khusus etnis. Dan daerah Empang dikhususkan bagi etnis Arab keturunan Hadramaut, Yaman. Sehingga sampai sekarang masih terasa kuat budaya Arab serta sampai ke hal kuliner yang berbau Arab di daerah Empang.

Jadi tak aneh di sekitar alun-alun Empang dan Mesjid Empang banyak pedagang makanan yang khas Timur Tengah. Salah satunya makanan adalah yang berasal dari daging kambing seperti sate kambing. Sate kambing yang terkenal di sana adalah Sate Rebing.

Nama Sate Rebing sendiri, mungkin saja bahasa sunda untuk kata "kuping". Kuping kambing jawa (Kambing Ettawa) yang khas menggelambir panjang bisa jadi menginspirasi nama warung sate ini menjadi Sate Rebing.

Bertempat di gang kecil dan berada di belakang Mesjid Empang atau tepatnya di Gang Mesjid I, ramai dikunjungi peminat makanan "penambah darah tinggi" dari mana-mana. Jangan harap dapat menikmatinya diatas jam 12 siang, karena walaupun setiap hari baru buka jam 11 siang hanya sekejab saja sudah habis oleh pengunjung yang datang. Untuk itu, jika datang kesana diperkirakan sampai di atas jam 12, lebih baik pesan lewat telepon terlebih dahulu.

Selain sate kambing yang nikmat serta tak berbau kambing, ada juga tersedia sop kambing dan gulai kambing. Dan siap-siap saja menunggu meja makan dan kursi walau masih terisi pengunjung yang sedang menikmati, agar tidak akan kehilangan kesempatan makan disana. Maklum saja, selain ramai pengunjung dan berada di gang kecil, ditambah karena bertempat di rumah biasa yang sempit pula. Namun, tetap saja banyak pengunjung yang datang untuk menikmati dan mungkin saja ingin merasakan khasiat makanan "para lelaki" disana.

Salam,
Bagja

Wednesday, August 27, 2008

Marhaban Ya Ramadhan

Marhabhan Ya Ramadhan
Sahr Rahmah wa Sahr Maghfiroh
Beri hamba kasih dan ampunan-Mu Ya Robb

Marhaban Ya Sahr Siyaam
Moga hamba Mu ini diberi nikmatnya puasa para kekasih Mu

Marhaban Ya Sahr Quran
Hamba yang nista ini mendamba naungan Kitab Mu Ya Illahi

Seribu Bulan semoga bukan jadi kerinduan hamba saja
Lailatul Qadr jadi nyata buat semua
Agar hilang sudah dahaga kemaksiatan dunia
Dan Surga di depan mata

Dari,
Si Pengemis Cinta Mu

Note:
Buat teman-teman, saya mohon maaf atas semua kekhilafan yg kecil maupun yang besar.
Mohon diikhlaskan atas kesalahan yang sengaja maupun yang tak sengaja. Yang terucapkan maupun yang tidak. Yang terasa maupun yang tidak.
Agar sebulan penuh kita dapat menunaikan puasa dengan hati yang bersih hingga mendapat ridho Illahi

Tuesday, August 5, 2008

Jalan Sehat Budaya 2008

Dengan ini mengundang rekan semua untuk mengikuti JALAN SEHAT BUDAYA, acara jalan kaki, jalan menyehatkan, hiking bersama sambil menikmati suasana alam dan sisa sejarah yang masih tersela di beberapa lintasan yang akan kita lalui; sekaligus mengisi HUT I KMB (Komunitas Menulis Bogor).


Acara JALAN SEHAT BUDAYA direncanakan pada:

Hari/tanggal : SABTU / 09 Agustus 2008

Pukul : 8:30 (mulai kumpul 08:00)

Kumpul/start : Kantor KECAMATAN CIOMAS, Jl. Ciomas Bogor
(sekitar 75 m lewat dari Pintu Ledeng Ciburial, dari arah Pasirkuda)

Rute : Ciomas - Batu Tapak - Sindabarang/KBS (kembali ke Bogor sekitar 13:00, naik kendaraan umum) – Perkiraan Jarak: 5KM

Obyek Budaya yang dilalui:

1. SUMBER AIR MINUM CIBURIAL
Sumber Air Minum tertua yang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda

2. ZWEMBADJE VAN TJIBOERIAL
Kolam renang yang dibuat oleh Belanda, tempat sinyo dan noni berenang,
berendam di sumber mata air Ciburial.

3. BATU TAPAK CIAPUS DAN BENDUNGAN CIAPUS

Batu besar yang tercetak tapak kaki dan Bendungan Ciapus


4. Kampung Budaya Sunda (KBS)

Perkampungan yang rumah-rumah dan bangunannya dibuat untuk melestarikan budaya
Sunda

Peserta : Free
Lain lain : Jangan lupa bawa minuman/makanan kecil/besar masing masing.

Yang berminat silahkan email ke: bagja2000@gmail.com

(subyek email: Peserta Jalan Sehat Budaya)


Demikian undangan ini disampaikan untuk keikutsertaan rekan semua. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Salam,

KMB

Referensi obyek budaya, silahkan dibaca di:

1. Sumber Air Minum Ciburial:

http://bagja2000.multiply.com/photos/album/39/Kunjungan_Kenangan_ke_Sumber_Air_Minum_Ciburial

2. Kolam Renang Ciburial:

http://bagja2000.multiply.com/photos/album/20/Zwembadje_van_Tjiboerial_bij_Buitenzorg_yang_Merana

3. Batu Tapak Ciapus dan Bendungan Ciapus:

http://bagja2000.multiply.com/photos/album/34/Antara_Batu_Bendungan_dan_Sungai_itu

Teknologi Digital Kamera Sony

Ada kiriman file dari teman tentang teknologi digital kamera Sony yang terbaru. Lumayan untuk menambah pengetahuan.
Silahkan didownload.

Friday, August 1, 2008

Book Fair - Talk Show - Nonton Karl May “Winetou”

Pendahuluan

Komunitas Menulis Bogor, sebuah komunitas yang mengkhususkan diri untuk orang-orang yang minat di dunia tulis menulis. Bukan saja kumpulan dari para penulis tapi merupakan lintas profesi mulai dari karyawan, pelajar, mahasiswa atau pengusaha. Tahun ini Komunitas Menulis Bogor telah memasuki tahun pertamanya. Dengan berkerjasama dengan Toko Buku Alternatif Jendela dan raiscape Bogor Free Magazine KMB akan menggelar BTM Book Fair

Nama Event

Event ini kami beri nama

“ BTM Book Fair menyambut hari jadi yang pertama Komunitas Menulis Bogor”

Bentuk Kegiatan

1. Book Fair

yaitu bazar buku yang menampilkan penerbit-penerbit tenar di Indonesia, menjual buku-buku murah berkualitas yang tersebar di area-area stand. Jenis buku yang beragam mulai dari novel, cerpen, IPTEK, sosial politik, agama, anak-anak dll.

2. Talk Show

di sela-sela Book Fair akan dilaksanakan workshop singkat yang antara lain

1. Talk Show “Bagaimana Caranya Menjadi Penulis Hebat”

Oleh :Oleh Solihin (penulis Buku Best Seller “Menjadi Penulis Hebat”)

2. Talk Show “Proses Kreatif Menulis Novel”

Oleh :Syarifah Aliyyah Penulis Novel The Power of First Love

Fienna G Penulis Novel Friendship or S-mate

3. Pemutaran Film

di sela-sela Book Fair akan dilaksanakan pemutaran film Karl May “Winetou” dari Paguyuban Karl May Indonesia

Waktu dan Tempat

Tempat

BTM Book Fairmenyambut hari jadi yang pertama Komunitas Menulis Bogor dilaksanakan di Lantai 2 Bogor Trade Mall

Waktu

Book Fair dilaksanakan pada tanggal 11 -17 Agustus 2008

Pada jam 10.00-21.00 WIB

Talk Show dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus dan 15 Agustus 2008

pada jam14.00-16.00 WIB

Pemutaran film dilaksanakan pada tanggal 13 Agustus 2008

Pada jam 15.00-17.00 WIB

Penyelenggara

Event ini diselenggarakan oleh Komunitas Menulis Bogor dan bekerjasama dengan Toko Buku Alternatif Jendela dan rainscape Bogor Free Magazine.

Wednesday, July 2, 2008

Ngobrol Bareng dr.Djo (Penulis Novel LANANG)

Kenal dengan dr.Djo? Itu tuh penulis yang sedang naik daun saat ini. Novelnya jadi fenomena.
Sebagai novel yang menghentak tema-tema sastra di Indonesia.
Keilmiahan, rekayasa genetik, kloning berubah menjadi enak dinikmati
dan kejutan-kejutan sastra pada novel ini. Beliau memadukan latar
belakangnya sebagai dokter hewan dengan "kegregetan" pembaca akan tema
yang jarang diungkap di dunia pernovelan kita.

Nah, kalau ingin menimba ilmunya dari dr.Djo silahkan datang di Pertemuan KMB (Komunitas Menulis Bogor), yang diadakan pada:

HARI & TANGGAL : SABTU, 05 JULI 2008

WAKTU : 10:00 sd 15:00 WIB / selesai
TEMPAT : SAUNG AKI BARI, di PPLH MATOA - CIAPUS BOGOR
(lokasi 100 m ke arah kanan, dari pertigaan Ciapus/akhir rute angkot)

PENGISI ACARA : Bp. Yonathan Rahardjo
TEMA :Thema Penulisan Lingkungan (expanding master point/subject)

Demikian undangan ini kami sampaikan dan ucapan terimakasih atas segala perhatian yang diberikan.


Salam,
Bagja


====================
Catatan:
@. Berhubung tempat diadakan di "luar-kota", mohon rekan-rekan berangkat
lebih awal, sehingga acara dengan Pembicara dari Jakarta ini
dapat dilakukan/dimulai sekitar 10:30 WIB.
@. Sisa waktu di siang hari yang ada, akan digunakan untuk pembicaraan persiapan HUT 1
TAHUN KMB (Agustus 2008).
@.Untuk Konsumsi Berat (khan lewat waktu luncheon ?) Saung Aki Bari
menyediakan menu khusus, tetapi bagian yang ini mohon "diatur
masing masing pribadi" aja ya, maaf sebelumnya.
@. Lokasi dapat ditempuh jalan kaki dari Pertigaan Ciapus ke arah kanan (dgn pandangan
dari bawah, jalan dari Bogor).
@. Untuk informasi yang lebih jelas tentang lokasi bisa dikontak: Matoa/Pak Budi
0251-487916, 0251-333267, atau 0812-8170314.
@ Gratis

Peta Lokasi:


Ngobrol Bareng dr.Djo (Penulis Novel "LANANG")

Kenal dengan dr.Djo? Itu tuh penulis yang sedang naik daun saat ini. Novelnya jadi fenomena. Sebagai novel yang menghentak tema-tema sastra di Indonesia. Keilmiahan, rekayasa genetik, kloning berubah menjadi enak dinikmati dan kejutan-kejutan sastra pada novel ini. Beliau memadukan latar belakangnya sebagai dokter hewan dengan "kegregetan" pembaca akan tema yang jarang diungkap di dunia pernovelan kita.

Nah, kalau ingin menimba ilmunya dari dr.Djo silahkan datang di Pertemuan KMB (Komunitas Menulis Bogor), yang diadakan pada:

HARI & TANGGAL : SABTU, 05 JULI 2008
WAKTU : 10:00 sd 15:00 WIB / selesai
TEMPAT : SAUNG AKI BARI, di PPLH MATOA - CIAPUS BOGOR
(lokasi 100 m ke arah kanan, dari pertigaan Ciapus/akhir rute angkot)
PENGISI ACARA : Bp. Yonathan Rahardjo
TEMA :Thema Penulisan Lingkungan (expanding master point/subject)

Demikian undangan ini kami sampaikan dan ucapan terimakasih atas segala perhatian yang diberikan.

Salam,
Bagja


====================
Catatan:
@. Berhubung tempat diadakan di "luar-kota", mohon rekan-rekan berangkat lebih awal, sehingga acara dengan Pembicara dari Jakarta ini
dapat dilakukan/dimulai sekitar 10:30 WIB.
@. Sisa waktu di siang hari yang ada, akan digunakan untuk pembicaraan persiapan HUT 1 TAHUN KMB (Agustus 2008).
@. Untuk Konsumsi Berat (khan lewat waktu luncheon ?) Saung Aki Bari menyediakan menu khusus, tetapi bagian yang ini mohon "diatur
masing masing pribadi" aja ya, maaf sebelumnya.
@. Lokasi dapat ditempuh jalan kaki dari Pertigaan Ciapus ke arah kanan (dgn pandangan dari bawah, jalan dari Bogor).
@. Untuk informasi yang lebih jelas tentang lokasi bisa dikontak: Matoa/Pak Budi 0251-487916, 0251-333267, atau 0812-8170314.
@ Gratis

Peta Lokasi:

Peta Lokasi Warung Aki Bari



Tuesday, June 24, 2008

Nama Jalan Bogor Tempo Doeloe

Untuk mengenal nama-nama jalan di Bogor Tempoe Doeloe, saya buatkan nama-nama jalan saat ini dan nama jalan pada sekitar tahun 1920an (ref: Gemeentekaart van Buitenzorg 1920 - KIT Library):

Jalan Merdeka = Tjikeumeuh Weg
Jalan Ir.H.Juanda = Groote Weg
Jalan Kapten Muslihat = Bantammer weg
Jalan Panaragan Kidul = Gestich Weg
Jalan Mayor Oking = Bioscoop Weg
Jalan Nyi Raja Permas = Stations Weg
Jalan Dewi Sartika = Park Weg
Jalan M.A Salmun = Gasfabriek Weg
Jalan Sawo Jajar = Laan Van Der Wijk
Jalan Abesin = Wetselaars Weg
Gang Ardio = Parallel Weg
Jalan Gedong Sawah = Mulo Straat
Jalan Gedong Sawah 4 = Binnen Weg
Jalan Pengadilan = Hospitaal Weg
Jalan Kartini = Verlengde Feith Weg
Jalan Semboja = Schenck De Jong Weg
Jalan Dr.Semeru = Tjilendek Weg
Jalan Mawar = Gang De Leau
Jalan Ciwaringin 1 = Gang Edwards
Jalan Perintis Kemerdekaan = Gang Kebon Djahe
Jalan Kantor Batu = Museum Laan
Jalan Gereja = Kerk Weg
Jalan Sekolahan = School Weg
Jalan Empang = Tandjakan Empang
Jalan Siliwangi = Handels Straat
Jalan Batu Tulis = Koepel Weg

Nama jalan yang tidak disebutkan, sebagian besar, tidak berubah namanya. Seperti Jalan Panaragan dulunya Panaragan Weg. Gang Menteng dari dulu tetap bernama Gang Menteng. Jalan Ciwaringin dulunya memang bernama Tjiwaringin Laan. Gang Slot, dari dulu memang bernama Gang Slot. Jalan Pledang, dulunya memang bernama Pledang Weg. Jalan Panaragan memang dari dulu sudah bernama Panaragan Weg. Mantarena, dulunya juga bernama Mantarena. Jalan Pancasan dari dulu sudah bernama Pantjasan Weg.

Ada juga nama jalan yang saat ini terpecah menjadi beberapa nama jalan. Seperti Tjikeumeuh Weg, saat ini menjadi terbagi menjadi tiga jalan, yaitu: Jalan Merdeka, Jalan Tentara Pelajar dan Jalan Cimanggu. Groote Weg saat ini terbagi menjadi beberapa jalan, yaitu: Jalan Ir.H Juanda dan Jalan Jend Sudirman.

Tentunya ada jalan yang dulu belum ada karena memang masih berupa rawa atau hutan, atau memang tidak dicantumkan di peta tersebut. Seperti Jalan Jalak Harupat dan Jalan Pajajaran.

Tuesday, June 10, 2008

Trilogy Neptunisme (hehehe maksa)

Saya copas email Tri GGP dari milist Pangrango......

Email 1

Dear friend
Bangga mjd bagian dari bangsa ini aja itu blum cukup care
Sebagai generasi muda kita dituntut bijak untuk menyikapi segala
persoalan bangsa.

Hal ini penting agar kita tidak mudah terprofokasi oleh opini publik
yg sengaja di bentuk untuk kepentingan politik misalnya.

Dengan didasarkan pada pemikiran dan informasi yg akurat sebagai anak
bangsa kita bisa memahami berbagai polemik yg timbul.

Misalnya : tentang BBM

Bila kita mau meluangkan wkt untuk mencari informasi tentang ujung
persoalannya ,wacana untuk aktif terlibat dlm aksi demo yg saat ini
sedang ramai bisa kita kesampingkan.

Karena toh jauh2 hari sejak pemerintahan Megawati hingga saat ini yang
namanya aturan perundangan tentang pengusaan kekayaan alam khususnya
tambang , khususnya untuk investor asing, diberi ruang yang sangat2
besar sd 99 %.

Jadinya bila kondisinya jd spt sekarang ya tdk aneh.

Belum lagi tentang pencurian uranium oleh perancis yg memiliki masa
energy 125 Thn X jumlah energy listrik yg dikonsumsi secara nasional
yg akhirnya dipeti eskan.

Pada akhirnya dengan informasi dan pemahaman yg benar kita tidak mjd
bagian dari tmn2 pendemo yg notabene adalah kaum "telat".

Dengan kita membagi info pd orang terdekat ttng kondisi real tsb
, sdh cukup mjd pencerahan psikologis. Sehingga hujatan pd
pemerintah/eksekutif dpt dihindarkan ,namun wacana akan kredibilitas
yudikatif patut kita pertanyakan , krn semua bermuara disana ( cth :
kasus Al Amin dlm kasus alih fungsi hutan lindung pulau bintan.

..............................

........................................
......................................................................
......................................................................
.................................................

Jbt erat

Ggp

---------------------------------------------

Email 2

Dear friends
Sebagai negara dgn jumlah penduduk yg besar dan kekayaan alam yg
sangat melimpah kita dapat mjd kekuatan ekonomi spt RRC.

Itu bila bebeberapa contoh aspek dibawah ini kita miliki:

1.Penguasaan akan Tehnology sehingga kita tangguh dlm
pangan,industri dan militer.

2.Penguasaan dan Pengawasan Penggunaaan Kekayaan Alam yg Ada Di Bumi
Indonesia di kuasai sepenuhnya oleh BUMN kita, lihat cth :
petronas malaysia yg mjd ATM negaranya.

3.Pendidikan , SDM yg besar bisa mengantar kita mjd bangsa produsen
dan bukan konsumen.Ini krn semua bahan industri ada dibumi
Indonesia.

4. Diplomatik
Lihat bagaimana kemampuan presiden iran meloby bgs2 lain shg iran
disegani amerika.

5. Nasionalisme
Kebanggaan akan bgs scr tdk langsung akan mendorong SDM nya u/
memiliki visi ke dpn yg inovatif , cth : jepang,korsel

6. Pelestarian Budaya
Lihat bagaimana sistem monarki di negara2 Inggris,Belanda,Jepang
Dll dapat berjalan seiring dan tetap dijaga keutuhannya.

Hal2 tsb hanya bisa diwujudkan dgn Para sobat menyuarakan
aspirasinya kpd Parlemen yg Notabene adalah institusi negara
tertinggi yang membuat UU.

Aspirasikan dan fungsikan parlemen shg mrk tdk tdr ktk hdr dlm
rapat2 yg membahas kepentingan rakyat.Dorong mrk menyuarakan suara
rakyat krn toh anda sudah membayar mrk dgn sangat mahal melalui
pajak yg anda byrkan.Kobarkan nasionalisme shg mrk lbh loyal pd
kepentingan rakyat dr pd kendaraan politiknya.

Mulailah pembelajaran politik yg penuh martabat dgn fasilitas anda &
hak anda sbg warga negara .

Mohon maaf bila kata "telat" sdh membuat anda tdk nyaman.

..............................

.......................................
.....................................................................
.....................................................................

Jbt erat

Ggp

------------------------------------------------------------------

Email 3/b>

Bangsa Indonesia mungkin perlu bercermin pada Bolivia dan Venezuela
dalam menyikapi liberalisasi perdagangan yang berimplikasi pada
ancaman krisis energi. Kebijakan menasionalisasi perusahaan
multinasional di negeri itu dan negosiasi ulang kontrak karya
merupakan langkah yang patut dipertimbangkan oleh pemerintah
Indonesia. Selama ini keuntungan perusahaan multinasional tidak
seimbang dengan pendapatan yang diperoleh Negara pemilik sumber daya
migas.

Hasil menasionalisasi dan negosisasi kontrak karya migas di kedua
negara itu sebesar 10% dari pendapatannya dialokasikan untuk
pengembangan pangan melalui reforma agraria.

Pertanyaannya, adakah "keberanian" bangsa Indonesia meniru Venezuela
dan Bolivia?

Kalau kita konsisten melaksanakan amanat UUD 1945 khususnya Pasal 33
sesungguhnya pintu untuk negosiasi ulang belum tertutup. Di samping
itu, kebijakan ini akan dapat terealisasi apabila didukung oleh
rakyat dan pemimpin yang memiliki governability tinggi yaitu
keberanian, integritas, kejujuran dan keberpihakan kepada
kepentingan rakyat.

" Sinar Harapan 27 Mei 2008" (Khairil Anwar Notodiputro/Guru Besar
& Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor)

Sip : Cth juga kemampuan "loby politik" yg dilakukan ke 2 negara itu
dalam mengantisipasi serangan militer sbg akibat dr tindakan
nasionalisasi sumber energi dinegara mrk yg spt kt ketahui semua
berjalan lancar tampa kendala.

..............................

.......................................
.....................................................................
.....................................................................





Tuesday, June 3, 2008

Selamat ULTAH ...Bogor

Hari ini ku ucapkan.....
"Selamat Ulang Tahun Bogor"
.......
.......
.......
......
(*Ada banyak titik-titik yang bakal harus diisi)
Silahkan isi dengan asa, pujian bahkan umpatan

Salam,
Bagja

Thursday, May 29, 2008

Another Zaini Story

Ingat Zaini dengan cerita hot kemarin ini yang bikin susah kita-kita orang naro muka? Pasti ingat dengan sepak terjangnya yang membuat malu kita semua. Beberapa hari ini sedang hangat lagi Zaini yang lain dengan cerita yang lain pula. Namun sama-sama membuat gempar. Zaini pertama bikin geger dengan amoral. Zaini yang bikin gempar saat ini, lengkapnya Achmad Zaini Suparta, membuat janji akan bagi-bagi uang miliaran rupiah.


Achmad Zaini Suparta seorang misterius mengaku kejatuhan rezeki warisan dari orang tuanya. Sebuah amplop warisan orangtuanya berisi ribuan trilliun rupiah. Jumlahnya 20 kali lipat nilai APBN kita, menurutnya. Dua tahun lalu sang OKB baru ini membuka amplop warisan setelah 1000 hari orangtuanya meninggal. Namun sayang sang milyarder tidak mau menjelaskan asal usul uang lebih rinci lagi.

Berita penyejuk hati di kala kemiskinan makin menjadi akibat harga BBM mencekik rakyat datangnya seperti beruntun saja. Minggu lalu, Si Blue Energy jadi bintangnya. Formulanya yang jadi tanda tanya besar bagi pakar kimia sekalipun, malah mendapat sokongan dari pemerintah sebagai bahan bakar alternatif. Keilmiahan yang jadi tolak ukur logika sudah tertutup "grasah-grusuh" agar cepat menutupi keputusan yang tanpa memberikan solusi matang. BLT bagai menabur garam ke dalam lautan. Bukan memberi joran yang berkah manfaat.

Jaman rezim yang lalu, terbetik cerita lain yang hampir sama gemparnya. Pagi-pagi buta Kabuyutan Batu Tulis terbongkar tanahnya. Harta karun hasil wangsit impian jadi pepesan kosong. Sang Penggali seorang penguasa yang harusnya jadi pengayom agama-agama malah terlipur oleh "bisikan leluhur". Akhirnya mendekam di "Hotel Prodeo" akibat kesilauan dunia. "Apa kata dunia", mengutip sang jendral preman Nagabonar.

Harapan dengan bumbu-bumbu tahyul dan klenik masih sering jadi jalan pelipur lara di negeri ini. Uang Brazil masih sering beredar ditawar-tawarkan dari mulut penjual "kecap". Berkotak-kotak uang IDR harta dana revolusi masih sering terdengar dibicarakan di warung kopi pinggir jalan. Banyak orang awam termakan omongan terjebur dalam lubang hutang. Bukan pendidikan dan kerja keras yang dinomorsatukan, togel-togel mengalahkan uang SPP dan susu buat anak.

Zaini sang orang kaya baru semoga tidak jadi hembusan angin di gersangnya negeri yang baru keluar dari persekutuan importir minyak ini.

Salam,
Bagja

Tuesday, May 20, 2008

Kopdar MPer n Photo Session Mount Salak @Bogor Trade Mall

Ingin merasakan tempat awal Bogor dikenal sebagai buitenzorg, sambil ngobrol dengan para cyber di ketinggian sekitar 50m berlatar Gunung Salak dan sunset yang membias dari atas Kota Bogor?
Ingin sambil motret dari top roof di bekas Hotel Bellevue, hotel elite jaman Belanda di Buitenzorg?

Hadir lah pada Kopdar para cyber di:

Tempat : Bogor Trade Mall (BTM), foodcourt Lt.3
Alamat : Jl. Ir H. Djuanda - Bogor
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2008
Jam : 17:00 WIB - selesai

Link terkait: http://ariesca.multiply.com/journal/item/53/MPers_Bogor_Gathering_BTM

Salam,
Bagja

Note:
- Gratissss
- Cuma bawa kado berisi apa saja yang bernilai sekitar Rp 10.000,-.
Untuk tukar-tukaran kado guna mempererat dan mencairkan suasana.

Tuesday, May 13, 2008

Terancam dari Yogja Sebuah Catatan Perjalanan Singkat

Harusnya aku dan keluarga sudah berada di Yogja pada 20 Maret 2008. Tapi, "high session" yang bertepatan dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW membuat semua tiket ludes diborong. Tiket pesawat maupun kereta tak satupun yang kudapat. Timbang sana timbang sini, undur lah tanggal keberangkatan menjadi 1 Mei 2008.

Mandala jadi maskapai yang kuincar. Hanya 200ribuan bisa naik pesawat yang cuma terkisar harga 100ribuan dengan travel dan sekitar puluhan ribu rupiah dengan kereta. Waktu tempuh, sudah jelas beda jauh. Dengan pesawat cukuplah membuat penat sekitar 50 menit sudah dapat mentransfer diri dari Jakarta ke Yogja. Kereta bisa memerlukan waktu sekitar 8 - 10 jam untuk mencapai kota gudeg. Apalagi travel, membutuhkan waktu yang paling lama dan jelas membikin rasa sumpek dan penat semakin terasa, yakni sekitar 12 jam.

Untuk penginapan, sudah kurencanakan harus dekat dekat pusat keramaian "Malioboro". Setelah browsing dan tanya kiri-kanan, pilihanku Hotel Ibis. Selain tepat di Malioboro, juga dapat diskon lumayan dari kenalan adikku. Hotel yang bersih, aman dan tentu saja nyaman bagi keluargaku. Mungkin kalau "backpeker" sendirian akan kupilih losmen-losmen yang berjejeran di sekitar Malioboro, dan penginapan hemat ini pun tidak kalah bersih serta nyaman.

Transportasi apa yang kupilih untuk mengantar ngalor-ngidul di Yogja? Itu pertanyaan selanjutnya dalam perjalanan liburanku ini. Sewa mobil? Pasti ini yang terlintas pertama kali. Rental mobil pun segera kuhubungi. Patokan harganya rata-rata sebagai berikut: Mobil sejenis Suzuki APV untuk 3 hari dengan lama pemakai 24jam sehari sebesar Rp 900ribu. Kalau 3 hari dengan lama pemakaian 12jam perhari sebesar 500ribuan. Itu sudah dengan supir. Bahan bakar, tanggung jawab penyewa. Cukup murah dibanding kota lain, seperti di Bogor yang bisa sebesar 300ribuan untuk 12jam perhari dengan jenis mobil yang sama.

Kubooking mobil untuk 3 hari dengan lama pemakai perhari 12jam seharga 500ribuan. Namun beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan, bookinganku dicancel oleh rental. Sungguh tidak professional. Bingung, beberapa hari lagi ke hari-H tapi belum ada kendaraan untuk di sana. Haruskah batal lagi ke Yogja?

Bikin gemes saat dibatalkan oleh rental dengan alasan mobilnya semua full. Lucu, aku sudah book dari awal tapi kok bisa dibilang full di saat-saat yang mepet. Untung teman adikku menawarkan kendaraannya yang bisa kugunakan. Dengan kesediaannya pula, dia siap menjadi supir. Suatu keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Walaupun diberikan sukarela, tetap aku tawarkan harga yang sama dengan harga sewa mobil disana. Timbal balik dari rasa terima kasih atas jasa dan bantuannya, sekedar uang lelah. Matur nuwun Mas Adit.

Semua persiapan akomodasi sudah dirasa cukup. Untuk pulang ke Bogor di hari Minggu, sudah kupilih menggunakan travel saja. Pertimbangannya karena pulang pasti membawa barang-barang banyak dan lokasi tempat tinggal di Bogor, cukup repot jika menggunakan pesawat atau kereta. Tapi dengan travel bisa langsung dijemput dari lokasi di Yogja, dan diantar langsung sampai di depan pintu rumah di Bogor. Tanpa perlu gonta-ganti moda angkutan lainnya.

1 Mei 2008, sampailah kami di kota budaya pada pukul 10 pagi kurang 5 menit. Di jemput oleh adikku dan temannya, serta tak lupa kendaraan yang bakal menemani sepanjang liburan di Yogja.

Sesuai jadwal yang telah kubuat, harusnya kami langsung ke hotel. Yah, baru aku sadar setelah diberitahu bahwa hotel baru dapat reservasi pada pukul 1 siang. Ada perubahan mendadak dari rencana yang telah kususun. Rencana daftar kunjungan ku ini adalah bantuan dari teman-teman. Seperti: Mas Guni, Kang Haris, Mbak Nawang, juga tak lupa Emak Julie. Terima kasih semuanya.

Atas saran Mas Adit, kami langsung ke Prambanan. Dan kalau sempat bisa mengunjungi beberapa candi di sekitar Prambanan. Foto-foto di Prambanan dan sedikit cerita bisa dilihat di sini.

Yogja sungguh tidak menyambut kami

Dari hari pertama tiba, hujan sudah mengguyur di kota yang biasanya panas dan kemarau. Sebelum kami tiba, disana sudah agak lama tidak turun hujan. Kenapa saat kami tiba hujan seperti tercurah deras menyambut. Tapi, hujan membawa rejeki bagi petani. Berarti kedatangan kami lah yang membawakannya turun untuk dinikmati. Berkah, Alhamdulillah.

Cuaca sudah memporak-porandakan rencana kami. Sendra Tari Ramayana yang dimainkan di pelataran Candi Prambanan jadi urung ditampilkan. Borobudur yang kami kunjungi keesokkan harinya, hanya sebentar bisa dinikmati. Hujan besar datang mengguyur saat kami baru sampai beberapa saat di Candi yang dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Sedikit cerita dan foto-foto Borobudur yang berlatar mendung bisa dilihat di sini.

Di hari kedua, hari Jumat 2 Mei 2008, sebelum ke Borobudur kami sempatkan ke "Ketep". Suatu nama daerah dataran tinggi yang dari sana dapat menikmati keindahan puncak Merapi. Letaknya tidak jauh melewati sekitar 20km dari Borobudur ke arah Gunung Merapi. Namun sekali lagi kami dikalahkan oleh cuaca. Mendung sudah bergelayut di Ketep. Kabut menutupi lereng dan puncak Merapi yang belum lama menghebohkan dengan letusannya. Puncak gunung yang membuat naik daun nama Mbah Maridjan ini, seolah lenyap dari pandangan. Hanya udara sejuk dan jagung bakar yang dapat kami nikmati disana. Sedikit cerita dan foto di Ketep dapat dilihat di sini.

Di hari ketiga, Sabtu 3 Mei 2008, sepenuhnya kami fokuskan untuk ke Solo. Target kami bisa masuk ke Puri Mangkunegaran, Pasar Klewer, dan Candi Sukuh. Karena jarak yang cukup jauh dari Yogja ke Solo, yang memakan waktu sekitar 3 jam, direncanakan berangkat jam 8 pagi. Namun, rencana tinggal rencana. Adikku ingin ikut, sementara dia ada kuliah pagi dulu sampai jam 10. Terpaksalah sambil menunggunya jam 10, kami wisata belanja dulu ke menunggu sampai ke Kasongan dan Manding. Desa wisata Kasongan sudah banyak orang tahu untuk belanja macam-macam keramik. Sedangkan Manding, aku pun baru tahu, yaitu banyak pengrajin kulit. Sepatu, dompet, tas serta jaket yang terbuat dari kulit berupa-rupa modelnya. Foto-foto Desa Wisata Manding bisa dilihat di sini.

Karena menunggu adik selesai kuliah, kami jadi baru berangkat ke Solo jam 10.30. Sudah sangat siang dan pasti berubah banyak dari jadwal yang aku buat. Pasti akan ada target yang tidak dapat dikunjungi.

Mentari di Solo mencorong dengan terik. Berbeda dengan Yogja yang mendung semenjak kami datang. Solo panas dan cerah. Di pusat kota, yang kami cari untuk patokan adalah jalan Slamet Riyadi. Jalan utama yang membelah Kota Solo. Jalan ini kami jadikan patokan arah untuk menuju Puri Mangkunegaran. Tidak ada yang mengenal dengan baik jalan-jalan di kota ini. Kami putar-putar beberapa kali. Bertanya-tanya arah ke Puri Mangkunegaran. Kebanyakan mengarahkan ke Kraton Solo. Sekitar setengah jam, barulah kami menemukan Puri Mangkunegaran. Itupun setelah berkeliling 3 putaran hanya untuk mencari pintu masuknya.

Tak lama kami berkeliling Puri Mangkunegaran diantar oleh seorang pemandu. Pemandu menerangkan sekilas mengenai sejarah Puri Mangkunegaran. Diperlihatkan juga benda-benda yang pernah digunakan oleh Sultan dan Putri Kraton Solo. Ada bekas alat pengaman anti selingkuh yang harus dipasang untuk putri atau pangeran. Pedang-pedang dari mancanegara tak tertinggal dipamerkan. Kereta-kereta yang indah dari yang pertama sampai kereta yang bakal digunakan untuk acara perkawinan putri solo di bulan Juni ini, turut dipaparkan.

Hanya sekitar setengah jam saja kami di Puri Mangkunegara, selanjutnya bergegas kami ke pasar batik yang terkenal di Solo, yakni Pasar Klewer. Berhubung waktu sudah agak sore, diperkirakan tidak akan sempat ke lokasi lain di Solo. Kembali kami tersasar mencari lokasi Pasar Klewer. Dua kali lewat Alun Alun Solo, niat mencari parkir, akhirnya lewat lagi dan berputar kembali.

Sudah terbayang pengap dan ramainya pengunjung Pasar Klewer. Kuputuskan tidak ikut masuk ke dalam pasar. Cukup menunggu dengan anak-anak sambil jalan kaki saja di seputar alun alun, mesjid dan halaman Kraton. Putusan yang tepat, cukup mengkuatirkan membawa anak-anak di keramaian dan sepengap Pasar Klewer. Bau malam di kain-kain batik yang dijual bisa membuat sesak nafas. Belum lagi susah mengawasi anak-anak di keramaian.

Tak lama kami di Solo. Sekitar jam 2 sore kami sudah bergerak pulang kembali ke Yogja. Diharapkan sampai Yogja sekitar jam 5 sore. Sengaja memilih pulang ke Yogja sekitar jam 5 sore, karena kami belum menjelajahi Malioboro semenjak tiba. Padahal malam ini adalah malam terakhir di Yogja. Jadi di malam minggu ini kami puaskan mencuci mata di Malioboro. Foto-foto di Solo, silahkan diklik di sini.

Hari keempat, Minggu 4 Mei 2008, merupakan hari terakhir liburan kami di Yogja. Sesuai rencana, hari ini kami akan keliling Kota Yogja. Tempat-tempat wisata di dekat pusat kota adalah Benteng Vredeburg, Kraton, Museum-museum dan Taman Sari. Jadinya kami hanya sempat ke Taman Sari. Tapi cukup memuaskan. Taman sari seperti mewakili semua tempat wisata di pusat kota Yogja. Ada unsur kraton, benteng, adat Jawa, Islam, Portugis.

Taman Sari cukup luas untuk dijelajahi. Ada sekitar satu jam kami dipandu. Setelah checkout dari hotel pagi-pagi jam 9, kami putuskan menitipkan barang-barang bawaan ke tempat adik di jalan raya Bantul. Dari tempat adikku ini, kami baru balik lagi ke pusat kota dengan naik becak menuju Taman Sari. Sehingga nanti sore jam 4, mobil travel yang menjemput bisa langsung dari tempat adik.

Di bekas pemandian selir-selir Sultan ini, kami diterangkan bahwa dulu Raja Yogja memilih selir-selirnya untuk menemani di peraduan dengan cara melemparkan kembang ke selir yang ditaksir. Puluhan selir akan berjejer di kolam, dan sang raja melempar kembang dari atas panggung. Sambil memilih bakal selir yang akan menemani malam-malam sang raja, ketepatan lemparan kembang menguji kadar kesaktiannya. Bilamana meleset, tidak mengenai selir pilihan atau mengenai selir yang bukan pilihannya, maka menandakan ada sesuatu hal atas ilmu kanuragan sang raja.

Menara diatas kolam merupakan tempat raja bercengkrama dengan selir pilihan. Di dalam ada bale tempat tidur, saat itu aku lihat masih ada sesajen diatasnya. Ada kamar tempat menaruh pakaian dan meletakkan mahkota. Di depan lemari pakaian, lebih tepat disebut rak pakaian, ada kendi untuk berkaca dan mengukur ilmu kesaktiannya.

Sekeliling kolam selesai diterangkan oleh pemandu. Tak luput diterangkan pula pohon kepel di halaman. Pohon yang kembangnya digunakan oleh raja sebagai pengusir bau keringat. Sambil berjalan menuju mesjid bawah tanah, yang lokasinya sekarang sudah berada di tengah-tengah perkampungan padat, kami dijelaskan bekas-bekas tembok benteng dan bekas laut buatan. Laut buatan saat ini lokasinya jadi Pasar Burung Ngasem. Dulu dipakai oleh raja untuk berperahu ke Taman Sari. Selain berperahu, raja juga terkadang melalui jembatan atau lewat terowongan bawah tanah dari Kraton ke Taman Sari.

Mesjid bawah tanah di Taman Sari masih kokoh berdiri. Dari tengah-tengah perkampungan padat ada tangga ke terowongan menuju mesjid. Berbentuk melingkar dengan tempat wudhu di tengah-tengah lingkaran. Ada coakan yang digunkan sebagai mihrab. Tempat makmum shalat melingkar mengelilingi tempat wudhu. Sangat artistik.

Taman Sari secara arsitektur ada perpaduan unsur-unsur Portugis. Menurut cerita ada seorang portugis yang diselamatkan raja dan dijamu oleh raja. Akhirnya raja memerintahkannya untuk membangun suatu kolam pemandian. Maka sekarang kita bisa melihat bahwa Taman Sari terlihat gaya-gaya Portugis di setiap sudut.

Berkisar satu jam di Taman Sari, selesai sudah pemandu menemani dan menerangkan detil-detil sejarahnya. Kami diantar keluar lewat belakang, yakni ke Pasar Burung Ngasem. Dari sana dengan berbeca ria kami ke Pasar Bringharjo. Sambil berpamitan, masih sempatnya pemandu memperingatkan agar berhati-hati di Pasar Bringharjo. Di hari libur yang ramai, copet-copet senang mencari kelengahan pengunjung.

Wisata Belanja

Tempat-tempat di Yogja yang menjadi incaran turis-turis lokal untuk berbelanja adalah:
- Malioboro
Tempat segala macam pernak-pernik kebutuhan dijajakan. Jalan terpanjang dan terbesar di Yogja, penuh dengan pedagang kaki lima menjual macam-macam dagangannya.
Hati-hati dengan copet yang memanfaatkan kelengahan kita saat asyik berbelanja. Juga sekarang sudah tidak nyaman untuk berjalan kaki karena banyak diganggu oleh tawaran tukang becak dan delman yang tidak melihat situasi. Tidak cukup sekali untuk menolak tawaran mereka. Pikir masak-masak untuk menerima tawaran diantar berkeliling ke toko kaos atau bakpia dengan harga hanya 2ribu rupiah. Aku sempat termakan tawarannya, karena kupikir sangat murah. Namun saat akan dibayar sesuai harga di awal mereka akan mengancam kita agar memberikan ongkos yang jauh lebih besar. Foto-foto Malioboro silahkan klik di sini.
- Pasar Bringharjo
Berada di pinggir Malioboro, pasar ini adalah pasar yang paling ramai. Di sini di jual batik-batik Yogja, dari yang paling murah sampai yang mahal. Buah-buahan serta makanan pasar khas Yogja juga banyak disini. Namun, hati-hati dengan dompet dan perhiasan yang dipakai, karena banyak tangan-tangan jail yang mencari kesempatan dalam kesempitan di sini.
- Mirota
Walaupun secara harga agak lebih mahal, namun lebih nyaman untuk berbelanja dan relatif lebih aman serta lengkap. Tapi, bagi yang tidak tahan dengan bau kemenyan (dupa) agar menghindari tempat ini. Aku saja pusing lama-lama di dalam toko ini. Bau dan asap dupa sangat mengganggu.
- Kasongan
Kasongan adalah sebuah nama desa. Dengan predikat sebagai desa wisata, khusus untuk produk-produk kerajinan keramik. Letaknya sekitar 20km dari pusat kota. Banyak kios-kios yang menjual berbagai macam keramik. Dari yang pernik-pernik kecik sampai patung-patung besar. Masih terasa suasan akibat gempa di sini. Kios-kios masih ada yang belum diperbaiki sepenuhnya. Sampai-sampai gerbang jalan masuk ke Desa Kasong masih terlihat penuh dengan retak-retak akibat gempa.
Mengenai harga relatif lebih mura dibanding dengan Bali. Bahkan dengar-dengar barang-barang yang dijual di Pasar Sukowati Bali dan di uta, banyak diimport dari sini.

- Manding
Desa pengrajin kulit di dekat Desa Kasongan. Letaknya tidak beberapa jauh dari Desa Kasongan, sekitar 5KM. Cuma di desa ini khusus menjual barang-barang dari kulit, seperti jaket, sepatu, ikat pinggan, dompet dan lain-lain.

Wisata Kuliner

- Gudeg
Gudeg sudah terkenal dimana-mana sebagai makanan khas Yogja. Makanan yang terbuat dari buah keluwih (timbul) sangat nikmat. Bisa dimakan di segala kondisi. Agak awet untuk bertahan tidak basi. Aku suka sekali dengan makanan ini. Ada manis, asin, pedes dan gurih. Apalagi dengan krupuk kulit yang jadi lembek karena direndam kuah. enyal dan nikmat.
Di sepanjang Malioboro banyak embok-embok (ibu-ibu separuh baya) yang berjualan gudeg. Di setiap gang yang bermuara ke maliobor, pasti ada penjual Gudeg. Di jual di pagi atau di malam hari. Untuk sarapan, aku lebih suka berjalan keluar dari hotel sebntar untuk menikmati suasana pagi Malioboro sambil sarapan Gudeg. Cukup murah, hanya berkisar 5ribu rupiah sudah dapat telur pula.
- Bakpia
Ada banyak penjual Bakpia di sepanjangan Malioboro dan di jalan-jalan sekitarnya. Mereknya berupa-rupa pula. Biasanya bermerek sederatan angka, seperti merek "75", "234", dan lain-lain. Enak, dengan rasa dasar kacang hijau. Ada juga yang berasa durian, coklat dan lain-lain. Sekotak dengan isi 20 potong harganya 20ribuan.
- Kopi Jos
Di sebelah utara Stasiun Tugu ada penjual kopi yang beda cara penyediaannya dengan kopi lainnya. Kopi Jos namanya. Di tenda dengan angkringan dan berantrian penikmat kopi menunggu kopi disajikan dengan unik. Gula dan kopi diseduh air panas mendidih dan terakhir dimasukkan arang yang membara. Berbunyi josssss saat bara dicelupkan ke dalam air kopi di gelas. Aku sendiri belum sempat merasakan. Saat lewat disana, antrian sudah mengkereta, dan hujan gerimis sedang turun.
Menurut adikku, tempat ini sering dipakai juga untuk shooting-shooting. Dan kata yang sudah merasakan Kopi Jos, rasanya mantep tenan.

- Pecel
Pecel seperti gado-gado, rebusan sayuran diberi bumbu kacang. Ada pedas dan nikmat. Tapi aku tidak berani mencicipi. Perutku agak sensitif dengan makanan berbumbu kacang. Di depan Pasar Bringharjo, Mak Bundel Julie merekomendasikan pecel yang enak. Cobalah rasakan nikmatnya, sambil mecel dan nongkrong depan pasar Bringharjo di Malioboro.

- Makanan Sunda Mang Engking
Jauh-jauh ke Yogja, akhirnya lidah terdampar di makanan sunda. Perjalanan pulang dari Borobudur, dengan magrib baru saja menjelang. Perut kami sudah tidak bisa diajak kompromi, karena makan siang tadi hanya dengan baso di warung depan komplek Candi Borobudur. Celetukan adik, menyinggung tayangan kulinernya Pak Bondan "Maknyus" yang pernah dilihatnya bertandang ke resto makanan sunda Mang Engking di Yogja.
Jalannya di Jl.Godean KM 16. Berarti sejalan pulang dari arah candi menuju pusat kota Yogja. Diputuskan untuk mencicipi makanan sunda di tanah jawa. Sesuatu yang rada-rada berbeda dan membuat kami penasaran.
Berada agak menyepi di tengah kolam-kolam dan telaga, bangunan-bangunan bambu khas sunda seperti menyambut kami. Ditambah sapaan pelayan, yang dari nada dan gaya bicara mengingatkan tanah sunda. Tebakan kami benar. Mereka kebanyakan berasal dari Tasik atau Ciamis. Seperti pulang kampung, pesanan pun menggunakan bahasa sunda.
Dengan perut keroncongan, rasanya menu apapun yang disodorkan pasti kami lahap. Walaupun sudah tahu dari acara kuliner Pak Bondan, tetap saja untuk lebih yakin kami tanyakan menu spesial yang jadi andalan. Kami coba semua menu yang enak, yaitu kepiting saus madu. Hmm mendengarkan suara "kepiting saus madu" saja air liur sudah tak tahan. Dan tak lupa udang galah yang mantep. Serta ikan gurame bakar. Asli, makanannya "bukan" enak saja. Tapi, benar-benar enak.
Untuk minum, katanya agar menetralisir kolesterol, kami pesan buah kelapa hijau. Sambil ucang-ucang kaki yang bisa menyentuh ke air kolam, kami menyantap semua pesanan sampai tak ada tersisa. Meja makannya berbentuk lesahan, hanya persis di bawah meja (seukuran panjang dan lebarnya) berlubang. Sehingga kita sambil makan, kaki kita keluar di lubang sampai bisa menyentuh air kolam.

- Terancam
Begitu mendarat di Yogja dan kami langsung ke Prambanan. Pulang dari Prambanan sudah jam 2 sore. Saat menuju ke hotel, baru ingat belum makan siang. Untung "supir" sudah hapal seluk-beluk kuliner di sana. Dibawanya kami ke warung Ayam Bakar Taman Siswa.
Sesampainya di resto, sepertinya menunya biasa-biasa saja. Ada yang memesan ayam bakar, ikan bakar dan sop. Cuma ada satu menu dalam daftar yang baru kali itu kulihat, yakni "terancam". Semuanya memesan "terancam", karena semuanya ingin tahu. Seperti apakah makanan ini?
Pesanan dengan nama yang aneh ini ternyata datang duluan. Secara rupa seperti urap di sunda. Isinya macam-macam sayuran yang sudah direbus setengah matang. Ada toge, kangkung, dan kol yang dicampur dengan parutan kelapa. Rasanya hampir sama dengan urap, tapi agak sedikit manis dan gurih. Semua pesanan kami, habis tanpa tersisa.

Primadonanya adalah "Terancam". Makanan khas Yogja yang enak dan menyehatkan. Semoga dengan makan ini aku tidak bakal pernah "terancam" lagi dari kunjungan di Yogja. Sambil serasa sayup-sayup suara Katon "KLa" mengantarkan hasrat rindu akan Yogja ....
"...........................
Pulang ke kotamu
ada setangkup haru dalam rindu..
masih seperti dulu tiap sudut menyapaku bersahabat..
penuh selaksa makna ....."

Salam,
Bagja

Link foto-fotoku tentang perjalanan ke Yogja:
1. Prambanan dan seribu candi yang sekarat
2. Borobudur: Puncak Kejayaan Nenek Moyang
3. Manding: Desa Wisata Pengrajin Kulit
4. Ketep: Pengintip Merapi
5. Solo: Kota Budaya
6. Alun Alun Yogja dari Atas Delman
7. Malioboro: Sepanjang Jalan Kenangan
8. Wisata Kuliner Yogja
9. Taman Sari: The Water Castle

Monday, May 12, 2008

Seraut wajah pada moneken

Seraut wajah pada moneken
(*untuk para korban tragedi mei 98)

Ayo..masuk kesini
Tak ada yang menjaga
Bebas..kau ambil apa saja
Sekardus indomie
Sekantong besar hp nokia
Kau gotong saja kulkas dan TV

Ayo ..segera masuk
Jarah lah barang tak bertuan ini
Gratis susu kaleng berkardus-kardus
Victorinox pisau mahal kantongi saja
Kau sebut lah untuk rakyat miskin

Tapi..
Jangan kau kaget gelap datang
Bara api tersulut bensin
Bau gosong sudah menunggu
Sampai kapan kan terungkap
Suatu misteri yang bukan misteri

Salam,
Bagja

*Innalillahi wa inna ilaihi rojiun




Thursday, May 8, 2008

Terancam dari Yogja

Harusnya aku dan keluarga sudah berada di Yogja pada 20 Maret 2008. Tapi, "high session" yang bertepatan dengan libur Maulid Nabi Muhammad SAW membuat semua tiket ludes di borong. Tiket pesawat maupun kereta tak satupun yang kudapat. Timbang sana timbang sini, undur lah tanggal keberangkatan menjadi 1 Mei 2008.

Mandala jadi maskapai yang kuincar. Hanya 200ribuan bisa naik pesawat yang cuma terkisar harga 100ribuan dengan travel dan sekitar puluhan ribu rupiah dengan kereta. Waktu tempuh, sudah jelas beda jauh. Dengan pesawat cukuplah membuat penat sekitar 50 menit sudah dapat mentransfer diri dari Jakarta ke Yogja. Kereta bisa memerlukan waktu sekitar 8 - 10 jam untuk mencapai kota gudeg. Apalagi travel, membutuhkan waktu yang paling lama dan jelas membikin rasa sumpek dan penat semakin terasa, yakni sekitar 12 jam.

Untuk penginapan, sudah kurencanakan harus dekat dekat pusat keramaian "Malioboro". Setelah browsing dan tanya kiri-kanan, pilihanku Hotel Ibis. Selain tepat di Malioboro, juga dapat diskon lumayan dari kenalan adikku. Hotel yang bersih, aman dan tentu saja nyaman bagi keluargaku. Mungkin kalau "backpeker" sendirian akan kupilih losmen-losmen yang berjejeran di sekitar Malioboro, dan penginapan hemat ini pun tidak kalah bersih serta nyaman.

Tranportasi apa yang kupilih untuk mengantar ngalor-ngidul di Yogja? Itu pertanyaan selanjutnya dalam perjalanan liburanku ini. Sewa mobil? Pasti ini yang terlintas pertama kali. Rental mobil pun segera kuhubungi. Patokan harganya rata-rata sebagai berikut: Mobil sejenis Suzuki APV untuk 3 hari dengan lama pemakai 24jam sehari sebesar Rp 900ribu. Kalau 3 hari dengan lama pemakaian 12jam perhari sebesar 500ribuan. Itu sudah dengan supir. Bahan bakar, tanggung jawab penyewa. Cukup murah dibanding kota lain, seperti di Bogor yang bisa sebesar 300ribuan untuk 12jam perhari dengan jenis mobil yang sama.

Kubooking mobil untuk 3 hari dengan lama pemakai perhari 12jam seharga 500ribuan. Namun beberapa hari sebelum tanggal keberangkatan, bookinganku dicancel oleh rental. Sungguh tidak professional.

Bingung, beberapa hari lagi ke hari-H tapi belum ada kendaraan untuk di sana. Haruskah batal lagi ke Yogja?

Bikin gemes saat dibatalkan oleh rental dengan alasan mobilnya semua full. Lucu, aku sudah book dari awal tapi kok bisa dibilang full di saat-saat yang mepet.

Untung teman adikku menawarkan kendaraannya yang bisa kugunakan. Dengan kesediaannya pula, dia siap menjadi supir. Suatu keberuntungan yang tidak disangka-sangka. Walaupun diberikan sukarela, tetap aku tawarkan harga yang sama dengan harga sewa mobil disana. Timbal balik dari rasa terima kasih atas jasa dan bantuannya, sekedar uang lelah. Matur nuwun Mas Adit.

Semua persiapan akomodasi sudah dirasa cukup. Untuk pulang ke Bogor di hari Minggu, sudah kupilih menggunakan travel saja. Pertimbangannya karena pulang pasti membawa barang-barang banyak dan lokasi tempat tinggal di Bogor, cukup repot jika menggunakan pesawat atau kereta. Tapi dengan travel bisa langsung di jemput dari lokasi di Yogja, dan diantar langsung sampai di depan pintu rumah di Bogor. Tanpa perlu gonta-ganti moda angkutan lainnya.

1 Mei 2008, sampailah kami di kota budaya pada pukul 10 pagi kurang 5 menit. Di jemput oleh adikku dan temannya, serta tak lupa kendaraan yang bakal menemani sepanjang liburan di Yogja.

Sesuai jadwal yang telah kubuat, harusnya kami langsung ke hotel. Yah, baru aku sadar setelah diberitahu bahwa hotel baru dapat reservasi pada pukul 1 siang. Ada perubahan mendadak dari rencana yang telah kususun. Rencana daftar kunjungan ku ini adalah bantuan dari teman-teman. Seperti: Mas Guni, Kang Haris, Mbak Nawang, juga tak lupa Emak Julie. Terima kasih semuanya.

Atas saran Mas Adit, kami langsung ke Prambanan. Dan kalau sempat bisa mengunjungi beberapa candi di sekitar Prambanan. Foto-foto di Prambanan bisa dilihat di sini

ss

ssds











Foto

Latest Headlines

bagja2000

Subscribe Now: google

Add to Google

FeedBurner FeedCount

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner