Tuesday, January 8, 2008

The Jungle: Wahana Air Warga Bogor

Terus terang saya baru lihat umbul-umbul promosi The Jungle saat tahun baruan lewat jalan Bondongan. Saat itu, di pintu masuk Bogor Nirwana Residence terlihat banyak sekali umbul-umbul The Jungle. Tepatnya di depan Sekolah Tunas Harapan atau jalan masuk ke SMA 4, kemacetan berpusat disana. Saya kira, mungkin, hanyalah promosi marketing perumahan elit itu saja yang sedang mempromosikan rumah-rumah mewah seharga milyaran.

Akhirnya, karena penasaran dan memang ingin tahu seperti apa "The Jungle" yang mengklaim termoderen dan terlengkap se-Indonesia, hari minggu kemarin (6 Jan 2008) saya berkunjung ke sana. Tanpa mengetahui terlebih dahulu informasi apa-apa tentang The Jungle. Tidak tahu berapa tiket masuknya. Juga tidak tahu apa saja fasilitasnya.

Pagi-pagi, sekitar jam 9 lewat, saya beserta keluarga dengan menggunakan sepeda motor segera meluncur. Dari arah Ciomas menuju Bondongan, karena sering, saya sudah tahu jalan dan gang-gang kecil untuk menghindari macet di sekitar Empang.

Setelah jembatan Empang yang di sisi kanannya terdapat bendungan, kami ambil kanan menyusuri pinggir sungai menuju Lolongok. Sehabis melewati rel kereta api yang sudah tidak terpakai (dulu digunakan oleh kereta jurusan Bogor - Sukabumi) kami ambil jalan ke kanan menuju Lolongok. Terus lurus sampai di tikungan yang di sudutnya terdapat pesantren, kami mengambil gang kecil. Gang kecil ini akan melewati depan SMA 4 dan berujung di jalan raya perumahan Bogor Nirwana Residence.

Menyelusuri jalan raya perumahan elite ini, kami cukup takjub dengan kondisi jalannya yang lebar dan mulus. Di latar belakangi Gunung Salak yang berdiri gagah, kiri kanan jalan dan separator jalan penuh dengan umbul-umbul The Jungle. Taman dan danau buatan di pinggir jalan cukup menyejukan mata. Ditambah lagi dengan rumah-rumah mewah yang asri serta pohon yang rindang. Serasa di perumahan bintang-bintang Hollywood, walaupun cuma tahu dari media saja.

Dengan mengikuti petunjuk arah yang besar dan ada di setiap bundaran dan tikungan kami sampai di ujung perumahan BNR. Memang benar-benar di ujung, mungkin ada sekitar 2 KM jaraknya dari pintu masuk. Gunung Salak makin terlihat perkasa dan kami ada di kaki-kakinya tanpa terhalang gedung dan rumah-rumah serta pepohonan.

Di jalan masuk sudah berdiri pos parkir masuk ke lokasi. Saya sudah bersiap mengambil tiket parkir. Ternyata, untuk sepeda motor, tiket parkir diberikan oleh petugas parkir di dalam area parkir motor. Area parkir motor masih terlihat sementara dengan dibatasi oleh tali rapia di sudut bangunan yang belum 100% selesai.

Masih banyak bangunan yang belum selesai, dan pekerja kontruksi terlihat sedang bekerja menyelesaikan bangunan yang belum jadi. Ada juga yang masih menggarap lahan kosong di sekitar lokasi dengan menggunakan traktor dan alat berat.

Pertama kali masuk ke pintu masuknya untuk membeli tiket, timbul keraguan, apakah sudah bisa digunakan atau belum. Di depan loket sudah ada pengunjung yang mengantri untuk membeli tiket masuk. Sambil mata mencari-cari informasi harga tiket, saya ikut mengantri di antrian yang belum banyak. Sampai tiba giliran, mata saya belum menemukan informasi harga tiket.

Tiba giliran saya, langsung saja saya tanyakan harga tiket ke petugas loket yang dijaga oleh gadis-gadis manis dengan seragam dan warna ala safari bercelana pendek. Dia malah balik bertanya menanyakan berapa orang yang akan masuk arena.
Saya katakan, " Dua orang dewasa dan dua orang anak-anak."
"Dewasa dan anak-anak harganya sama saja, Pak," jawabnya.
"Free, untuk anak dengan tinggi di bawah 80 cm, " sambungnya lagi.
"Untuk rombongan Bapak jadi 135 ribu," katanya.
"Bapak, mau deposit berapa untuk beli makanan dan menyewa balon nanti di dalam ?" sambungnya lagi.
"Saya ada uang 200 ribu untuk semuanya, apa cukup buat di dalam?" saya menjawab dan bertanya kembali.
Di jawab olehnya, "Berarti Bapak deposit 65 ribu dan apabila kurang di dalam bisa di-topup". "Oke lah kalau begitu," saya berasumsi cukup untuk sekedar jajan makanan kecil dan softdrink. Dan lagi kalau kurang pun, saya bisa topup di dalam.

Setelah selesai bertransaksi, saya kira saya akan diberikan 4 lembar tiket. Tapi yang diberikan malah semacam token (seperti secure-id di mobile banking). "Apaan nih?" tanya saya. "Benda ini dapat digunakan untuk membeli makanan di foodcourt, menyewa locker penitipan barang, dan menyewa balon nanti di dalam," jawabnya membuat saya kelihatan kampungannya. "Baiklah," jawab saya singkat karena tidak ingin terlihat seperti wong ndeso berlagak tahu dan jaga gengsi. Oalaaaa, nanti di dalam kalau diperlukan saya tinggal tanya lagi saja.

Masuk ke dalam arena, yang kami cari pertama kali adalah ruang ganti pakaian. Setelah diperiksa petugas pintu masuk arena, yang lagi-lagi cewek bercelana pendek ala safari, kami ditunjukkan ruang ganti pakaian. Di jaga oleh beberapa petugas cewek dan cowok berseragam ala pemburu dengan dilengkapi komputer, ruangan ganti bersatu dengan locker-locker penitipan barang terlihat bersih dengan arsitektur yang modern dan minimalis. Ruang ganti dipisahkan untuk wanita dan untuk pria. Ada sekitar 10 kamar ganti di ruangan ganti pakaian pria. Di dalam kamar ganti yang tanpa atap, jadi terasa tidak sumpek, ada shower berlapis stainless steel berdesign apik kompak dengan gantungan baju/handuk stainless steel juga dan bersih.

Sebelum mulai menikmati fasilitas yang ada, kami menyewa locker untuk menaruh pakaian kering dan barang-barang bawaan. Harga sewa locker hanya 5 ribu rupiah berlaku sampai pulang, dibayar dengan menggesek token ke alat pembaca dan mendebet saldo deposit yang tersambung ke komputer di ruangan itu. Langsung kami diberikan print out resi berisi saldo dari deposit kami. Canggih juga nih.

Kami tinggal mencari tempat/tenda untuk stay di dalam arena. Setelah berjalan ke ujung kiri di sekitar foodcourt dan di tempat-tempat yang agak teduh, kami tidak menemukan tempat kosong. Semua tempat yang agak teduh sudah ada rombongan yang menempati. Akhirnya, kami stay di pinggir kolam untuk anak-anak. Sengaja di dekat kolam untuk anak agar anak-anak dapat terkontrol mengingat sudah ramai pengunjung.

Ada dua kolam besar untuk anak-anak di dekat tempat kami stay. Kolam pertama berkedalaman air sekitar 20 cm sampai sekitar 50 cm berisi macam-macam permainan air seperti lumba-lumba mainan yang dapat ditunggangi dengan aman untuk anak usia 5-6 tahun dan macam-macam air mancur yang terus-menerus menyemburkan air. Kolam kedua sepertinya untuk anak-anak usia 7 tahun sampai seusia ABG (15 tahunan) berisi water bucket, water canon dan tight rope.

Anak saya yang pertama (usia 9 tahun) mengajak adiknya (usia 5 tahun) ke kolam yang kedua.Karena belum tahu permainan di kolom yang kedua, saya hanya mengawasi saja di tepi kolam sambil mengambil gambar. Permainan air di kolam kedua ada yang namanya water bucket yaitu semacam ember raksasa berisi air yang setelah airnya penuh akan ditumpahkan ke area kolam dengan cukup keras dan dengan volume air yang cukup banyak. Saat itu anak saya yang kecil berdiri tepat di bawahnya bersama kakaknya dan terkena tumpahan air dengan cukup keras sehingga dia agak trauma tidak mau di kolam yang kedua dan hanya ingin bermain di pinggir kolam di kolam yang pertama sampai di saat pulang.

Puas bermain dan berenang di kolam kedua, sampai berkeliling di miniatur Gunung Krakatau melalui terowongan berarus kecil, anak saya yang pertama ingin mencoba Racer Slider yang tingginya sekitar 8 M. Ditemani saya, dia menjajal perosotan air di tempat yang tertinggi. Baik perosoton yang terbuka maupun yang tertutup seperti gua, dia mencoba semuanya beberapa kali. Sedangkan saya, agak takut dengan perosotan yang tertutup karena cukup tinggi dan dilalui dalam suasana gelap dan membuat saya susah nafas.

Di area fountain futsal, terbentang panggung terbuka cukup besar yang saat ini diisi sebuah kelompok band yang menghibur pengunjung. Area ini cukup luas dan terdapat lobang-lobang yang menyemburkan air cukup keras. Saking kerasnya, terlihat beberapa pengunjung anak-anak seusia ABG yang melempar-lemparkan balon hingga balon tersebut terbang terbawa semburan air mancur.

Fountain Futsal mengingatkan saya pada Sentosa Island di Singapore dengan Dancing Fountainnya. Bedanya di Singapore, air mancur menari itu hanya tampil di malam hari saja dan diwarnai dengan warna-warni cahaya laser yang seperti berjoget mengikuti irama musik.

Hari makin siang, sudah sekitar jam 1. Sinar matahari sudah mulai terasa mengakibatkan perih di sekitar leher. Apalagi di tempat terbuka seperti itu dengan pakaian renang yang hanya bercelana pendek dan mata mulai memerah karena berenang dan terkena semburan Water Bucket.

Sudah waktunya pulang dan memang nanti sore kami ada acara kondangan kawinan salah satu rekan. Untuk itu kami menuju ruang ganti pakaian dan sekalian untuk berbilas. Saat menuju ruang ganti, ada satu yang terlupakan. Saking senangnya main air, sampai-sampai kami lupa makan siang.

Ya sudah, kami cari makan dulu sekedar mengganjal saja. Kami ke foodcourt untuk mengisi perut yang sudah terasa lapar. Saya perhatikan di foodcourt kebanyakan menawarkan menu-menu ala Barat yang fastfood dan junkfood. Karena kami berencana makan siang di luar dan ada makanan khas Indonesia kesukaan saya, maka kami pilih "Tahu Gejrot". Tahu Sumedang (Tahu Pong) yang diuleg bersatu dengan cabe rawit, bawang merah dan bawang putih. Lalu diberi kuah sepeti kuah pempe palembang tapi dominan rasa bawang putihnya.

Habis mencoba makanan di foodcourt, kami ke ruang ganti pakaian dan tempat penitipan. Setelah berbilas dan berpakaian kering, saya teringat tadi saat mengantri Racer Slider (perosotan) melihat sekilas dari ketinggian, ada kandang-kandang burung dan kolam-kolam ikan. Kami pun ke sana terlebih dahulu sebelum ke gerbang keluar.

Yang saya lihat sekilas itu, rupanya bernama Bird Park dan Giant Aquarium. Dari dekat kolam-kolam ikan terlihat belum seluruhnya selesai. Walaupun begtu sudah ada ikan-ikan besar dan kecil di dalamnya. Dari brosur promosi The Jungle, dengan fasilitas Lazy River kita dapat mengarungi anak-anak sungai yang di tengahnya berada Giant Aquarium. Terasa ikan-ikan itu berenang bersama-sama kita. Tapi, saat itu anak-anak sungai buatannya belum selesai. Masih kering dan masih terlihat tembok-tembok yang belum diselesaikan.

Hampir-hampir saya terjatuh ke dalam akuarium karena kaget. Saat menjepret untuk mengambil gambar ikan-ikan di dalam akuarium, tiba-tiba seekor ikan (tampangnya seperti ikan lele yang berkumis) cukup besar muncul ke permukaan di dekat saya duduk di pinggir kolam. Ukuran kepalanya, sekitar 15 cm dengan kumis dan tampang seram. Saya tidak tahu nama-nama ikan di akuarium karena tidak ada papan keterangannya di sana.

Berbeda dengan Giant Aquarium yang terlihat belum siap, Bird Park sudah terlihat agak siap. Berisi puluhan burung-burung besar dan kecil dengan kadang kawat terpisah untuk masing-masing jenis burung. di tiap kandang jelas dipampang papan informasi berisi nama jenis burung tersebut. Ada burung Garuda, Kakaktua, Rangkong, dll.

Setelah keliling dan mengambil gambarnya, akhirnya kami pulang dengan rasa puas dan satu niatan akan balik lagi jika semua fasilitas yang ada sudah lengkap. Seperti 4D Cinema, diumumkan akan dibuka di awal Februari ini.

Dan ada rasa bangga pula bahwa Bogor sudah memiliki wahana air yang termoderen dan lengkap dan luas (2,5 Hektar) yang tidak kalah dengan kota-kota lainnya. Tidak kalah dengan Jakarta dengan Atlantic-nya di Taman Impian Jaya Ancol. Tidak kalah dengan Tangerang dengan Ocean Park-nya di Serpong. Serta tidak kalah dengan Bekasi yang punya Water Boom di Lippo Cikarang.

Yang membedakan dengan wahana air yang lain adalah ciri khas Bogor yang terasa sekali. Yakni, dari semua lokasi di areal arena permainan The Jungle, Gunung Salak terlihat sangat jelas. Berdiri tegar dan gagah perkasa.

Note: Foto-foto bisa lihat di koleksi Foto blog saya ini.

Harga Tiket Masuk => Hari biasa: Rp 30.000,-
Hari Sabtu/Minggu: Rp 50.000,-


Salam,
Bagja

No comments:

Foto

Latest Headlines

bagja2000

Subscribe Now: google

Add to Google

FeedBurner FeedCount

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner