Wednesday, October 1, 2008

Goes Cucurak Kuliner Bogor

Ada satu tradisi di Bogor yang menandakan kehadiran Ramadhan sudah dekat, yakni cucurak. Tradisi ini biasanya diadakan oleh keluarga muslim untuk menyambut tibanya bulan puasa. Dengan mengundang saudara-saudara di keluarganya, mereka makan-makan bersama. Terkadang juga sengaja masak-masak di taman dan bersantap beralaskan tikar di halaman.

Dengan niat cucurak menyambut bulan Ramadhan, pada Sabtu 30 Agustus 2008 kami berputar-putar gowes sepeda di Kota Bogor. Ada Kang Haris, Kang Dhanis, Kang Rusman, serta Bang Nando dari Jakarta ikut pula gowes santai kali ini. Kami berkesempatan mencicipi beberapa kuliner khas Bogor sambil menikmati suasana Kota Bogor menjelang bulan suci.

Dalam seharian itu tidak sempat semua pusat kuliner kami kunjungi. Maklum saja, Bogor sebagai salah satu pusat kuliner mempunyai banyak sekali sentra-sentra makanan khas yang sudah dikenal secara nasional dan bahkan mungkin dunia. Hanya tiga lokasi saja yang sempat kami kunjungi, yakni: Taman Kencana, Jalan Suryakencana/Siliwangi, dan Daerah Empang. Secara kebetulan juga, kami mendapati jajanan langka dan unik yang tentu saja khas Bogor yaitu: Cungkring (Kupat Ajib) dan Aci Gulung (Cilung). Namun secara jelajah gowes cukup luas, yakni: Taman Kencana, Sempur, Jalan Ir.H Djuanda, Jalan Suryakencana, Jalan Siliwangi, Tajur, Bendungan Katulampa, Ciawi, Rancamaya, Cipaku, Batutulis, dan terakhir di Empang. Silahkan dilihat dan dinikmati ceritanya di bawah ini:

1. Taman Kencana
Photobucket
Suasana Taman Kencana di pagi hari (Foto oleh Bagja)

Taman Kencana sudah ada sejak jaman Belanda, saat cikal bakal Kampus IPB dibuat. Dulu masih sebagai salah satu fakultas dari Universitiet Indonesia, yakni Fakultas Kedokteran Hewan. Seorang penyair besar kita, yang juga dokter hewan lulusan fakultas ini, yakni Taufik Ismail, pasti dulu saat masa-masa kuliah sering melewati daerah ini.

Di taman yang tidak terlalu besar ini, saat ini banyak tenda-tenda penjual makanan. Bahkan di sekitar jalannya bermunculan cafe-cafe terkenal, seperti Macaroni Panggang, Warung Taman, Apple Pie. Ada pula es buah Pak Ewok yang nikmat sekali di sekitar sini. Rumah Coklat pun berada tak jauh dari sini. Ada satu cafe yang belum lama buka, yakni The Colonial pun hanya terletak beberapa meter saja dari sini.

Puncak keramaian, biasanya pagi hari di hari Sabtu dan Minggu. Banyak warga Bogor dan sekitarnya, setelah berolah raga jalan sehat mampir dan kongkow-kongkow di taman ini. Saat malam minggu atau malam libur pun tempat ini banyak dijadikan tempat berkumpul komunitas-komunitas yang bertemu untuk sekedar melepas kangen dan membahas sekitar kegiatan mereka.

Dulu, sekitar tahun 80an sampai 90an Taman Kencana masih sering terkenal sebagai daerah "remang-remang", karena di malam hari banyak wanita nakal dan oom-oom iseng bertransaksi disini. Namun sekarang sudah tidak terdengar dan terlihat lagi semenjak sering ada razia.

2. Jalan Suryakencana / Siliwangi
Photobucket
Deretan gerobak penjual makanan (Foto oleh Bagja)

Awalnya Jalan Suryakencana bernama Handelsstraat, yang berarti jalan perniagaan. Memang sejak jaman pemerintahan Belanda, daerah ini difokuskan sebagai daerah perdagangan. Selain itu, daerah ramai dan padat ini memang sudah dikotak-kotakkan oleh penjajah khusus sebagai daerah komunitas cina saja. Belanda sangat kuatir akan interaksi dan pembauran dengan pribumi akan menimbulkan pemberontakan. Juga, daerah ini sebagai "sapi perah" buat income membiayai mesin perang mereka.

Daerah pecinan lama ini sangat ramai di sepanjang waktu. Dengan disaksikan tinggal sedikit saja bangunan khas arsitektur cina di kiri kanan jalannya, Jalan Suryakencana dibebani ribuan angkot dan kendaraan bermotor serta pejalan kaki dari pagi hingga petang hari, bahkan ditambah lagi di malam hari hingga subuh oleh pedagang sayur yang memenuhi sampai ke tengah jalannya yang sempit.

Photobucket
Soto Kuning Khas Bogor (Foto oleh Bagja)

Ada banyak sekali pedagang makanan yang khas Bogor di sepanjang jalan ini. Dari yang dipikul, pakai gerobak, sampai bangunan permanen. Dari makanan ringan sampai makanan berat. Dari yang halal bagi muslim sampai yang haram, ini memang karena daerah ini banyak bermukim orang cina yang non muslim.

Soto Kuning adalah salah satu kuliner khas Bogor yang sudah sejak lama ada di Jalan Suryakencana. Sama dengan soto-soto lainnya, yang kebanyakan berisi irisan daging sapi dan jeroan, Soto Kuning juga demikian. Yang membedakan warna dan rasanya. Warna kuning berasal dari kunyit yang dominan sebagai bumbunya.

Jejeran warung makanan lainnya di pinggir Jalan Suryakencana yang masih dapat dinikmati adalah: Nasi Goreng Goan Tjo dan Ngo Hiang Khas Bogor. Namun untuk kehalalannya perlu ditanyakan kembali.

Photobucket
Penjual Es Pala (Foto oleh Bagja)

Sedangkan makanan jajanan pasar, ada juga sekitar jalan ini yang khas, yakni combro dan pisang goreng yang khas. Tak ketinggalan ada Cakue, makanan dari terigu yang digoreng panjang-panjang dan perlu dicelup sambal encer sebagai penambah nikmat.

Sebagai pelepas dahaga, sejak lama Es Pala yang dijual di daerah sini sungguh nikmat sekali. Irisan buah pala yang sudah dikupas dan dibuang bijinya, diberi segelas air gula dan batu es. Sangat segar saat diminum di siang hari yang panas terik. Selain itu tersedia juga es mangga dan es sirsak yang tidak jauh beda disajikan dengan gelas plastik serta berharga sama yakni Rp 4000,- segelas. Tak tertinggal ada es cincau atau tahulu (bhs sunda) yang dibuat dari endapan daun cincau sampai berupa agar-agar serta diberi air gula dan serutan batu es.

Photobucket
Asinan Gedung Dalam (Foto oleh Bagja)

Di ujung Jalan Suryakencana berbatasan dengan Jalan Siliwangi ada asinan khas Bogor yang terkenal dan ramai didatangi oleh peminatnya dari mana-mana. Nama tokonya yakni Asinan Gedung Dalam. Di hari libur, asinan yang berisi buah-buahan dan sayuran antrian pembelinya disana sampai membeludag keluar toko.

Sebelum pindah ke dekat Mall Ekalokasari saat ini, ada roti unyil khas Bogor yang bertempat dulu di persis sebelah Asinan Gedung Dalam. Roti yang bermacam-macam isinya ini sama saja dengan roti isi lainnya, hanya dari ukuran saja yang membedakan. Ukuran Roti Unyi khas Bogor kecil-kecil, sebesar kotak korek api kayu. Namun rasanya nikmat dan sudah terkenal seantero.

Photobucket
Penjual Es Cincau (Foto oleh Bagja)

3. Jajanan Unik dan Langka
Photobucket
Abah Satibi: Penjual Kupat Ajib alias Cungkring (Foto oleh Bagja)

Pernah menikmati kenyal-kenyal nikmat makanan khas dari olahan hidung sapi atau kikil dari kulit sapi? Di Jawa Timur terkenal ada makanan yang berisi daging dari bagian hidung sapi, yakni Cingur. Bogor ternyata punya pula makanan khas dan sudah terbilang langka yang berisi daging hidung sapi atau kulit sapi, yakni bernama Cungkring.

Nama Cungkring sendiri lebih terkenal untuk sate kulit sapi dengan bumbu kuning kunyit. Namun, ternyata ada juga makanan khas Bogor bernama Cungkring yang tetap berisi sate kulit sapi atau daging hidung sapi dengan ditambah lontong atau kupat serta berbumbu kacang.

Bumbu kacang yang disiram diatas sate kulit atau daging hidung sapi dan lontong rasanya seperti bumbu doclang atau bumbu somay yang lebih encer, serta disajikan dalam sepincuk daun pisang. Saat ini lebih dikenal dengan nama Kupat Ajib.

Penamaan Kupat Ajib bisa jadi "strategi pasar" untuk membedakan dengan nama makanan Cungkring lainnya. Menurut pengakuan salah satu penjual keliling Cungkring atau Kupat Ajib bernama M.Satibi, nama Kupat Ajib adalah berasal darinya.

Abah Satibi, berusia sekitar 70 tahun, sudah berdagang Cungkring sejak tahun 60an. Dulu, Bung Karno sering menikmati makanan khas Bogor dagangannya ini. Dia pernah pula lama mangkal di sekitar stasiun kereta Bogor.

Kalau sekarang, jika ingin menikmati makanan langka ini silahkan datang di Gang Balai Desa, Tajur. Abah Satibi sering mangkal di depan sekolah dasar di Gang Balai Desa itu. Dengan hanya mengeluarkan kocek sangat murah sekali untuk satu pincuk, kita sudah dapat menikmati makanan unik dan langka. Mudah-mudahan Abah Satibi, atau sering dipanggil Abah Kupat, sudah menyiapkan penerusnya untuk menjaga agar makanan ini tetap eksis di Bogor.

4. Empang
Photobucket
Sate Rebing di Empang (Foto oleh Bagja)

Banyak yang belum mengetahui bahwa Empang adalah Ibu Kota Bogor yang pertama. Daerah Empang dulunya bernama Kampung Suka Hati. Perubahan nama dari Suka Hati menjadi Empang erat kaitannya dengan adanya rumah bupati Natanagara yang memiliki empang dan strategis di perpotongan sungai Cipakancilan dan Cisadane serta berlatar keindahan Gunung Salak.

Bupati Natanagara, pada tahun 1754 meminta izin kepada Gubernur Jendral Jacob Mossel untuk menempati daerah Suka Hati yang indah dan mulai membangun rumah serta empang di sana. Kalau dilihat dari atas, sekarang posisi di Mall BTM, alun-alun Empang persis adalah tempat kolam atau empang yang dibangun oleh Natanagara. Sehingga mulai tahun 1815, secara resmi nama Empang dipakai menggantikan nama Suka Hati.

Perkembangan kebijakan Belanda selanjutnya untuk meminimalisir pengaruh etnis asing bagi pembaharuan pribumi adalah mengkotak-kotakan daerah khusus etnis. Dan daerah Empang dikhususkan bagi etnis Arab keturunan Hadramaut, Yaman. Sehingga sampai sekarang masih terasa kuat budaya Arab serta sampai ke hal kuliner yang berbau Arab di daerah Empang.

Jadi tak aneh di sekitar alun-alun Empang dan Mesjid Empang banyak pedagang makanan yang khas Timur Tengah. Salah satunya makanan adalah yang berasal dari daging kambing seperti sate kambing. Sate kambing yang terkenal di sana adalah Sate Rebing.

Nama Sate Rebing sendiri, mungkin saja bahasa sunda untuk kata "kuping". Kuping kambing jawa (Kambing Ettawa) yang khas menggelambir panjang bisa jadi menginspirasi nama warung sate ini menjadi Sate Rebing.

Bertempat di gang kecil dan berada di belakang Mesjid Empang atau tepatnya di Gang Mesjid I, ramai dikunjungi peminat makanan "penambah darah tinggi" dari mana-mana. Jangan harap dapat menikmatinya diatas jam 12 siang, karena walaupun setiap hari baru buka jam 11 siang hanya sekejab saja sudah habis oleh pengunjung yang datang. Untuk itu, jika datang kesana diperkirakan sampai di atas jam 12, lebih baik pesan lewat telepon terlebih dahulu.

Selain sate kambing yang nikmat serta tak berbau kambing, ada juga tersedia sop kambing dan gulai kambing. Dan siap-siap saja menunggu meja makan dan kursi walau masih terisi pengunjung yang sedang menikmati, agar tidak akan kehilangan kesempatan makan disana. Maklum saja, selain ramai pengunjung dan berada di gang kecil, ditambah karena bertempat di rumah biasa yang sempit pula. Namun, tetap saja banyak pengunjung yang datang untuk menikmati dan mungkin saja ingin merasakan khasiat makanan "para lelaki" disana.

Salam,
Bagja

No comments:

Foto

Latest Headlines

bagja2000

Subscribe Now: google

Add to Google

FeedBurner FeedCount

Subscribe via email

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner